Catatan Film | “Black Panther (2018)”, Selebrasi Kultural, dan Realitas Alternatif yang Menggetarkan
Meski glamor, Black Panther sebagai film tetaplah sebuah presentasi yang rendah hati.
Ada dua alasan mengapa review kali ini tidak berwujud reguler, melainkan catatan (seperti format yang biasa saya gunakan ketika mengulas serial). Sebab pertama, jelas karena Black Panther berhasil menjadi sebuah film yang bagus, baik secara kemasan maupun substansi. Urgensi kedua karena saya tergelitik dengan sekian selentingan yang sempat terlihat di media sosial (terutama twitter) beberapa waktu lalu berkait Black Panther, bahkan ketika filmnya saja belum dirilis.
Dengan parafrase, kurang lebih konten yang oknum netizen sampaikan berbunyi begini, "Orang-orang kulit hitam begitu mengelu-elukan film Black Panther sebagai black empowerment, tapi sadarkah mereka bahwa para eksekutif di studionya adalah ...