Dirilis pada Desember 2023, “All of Us Strangers” adalah sebuah film yang menyentuh dan menggugah pikiran, menyelami kompleksitas duka, memori, dan kemungkinan healing melalui hubungan tak terduga.
Disutradarai oleh Andrew Haigh dan berdasarkan novel “Strangers” karya Taichi Yamada, film ini membawa penonton menyusuri dunia batin Adam (Andrew Scott), seorang penulis naskah yang bergulat dengan luka emosional tragedi masa kecil.
Hidup sepi di blok apartemen London yang hampir kosong, rutinitas Adam terganggu oleh pertemuan tak terduga dengan tetangganya yang misterius, Harry (Paul Mescal). Pertemuan ini memicu hubungan yang rapuh, memberikan Adam sedikit harapan di tengah isolasi emosionalnya.
Namun, eksplorasi lebih dalam tentang masa lalu Adam membawa film ini ke premis intinya. Secara impulsif, dia kembali ke rumah masa kecilnya, hanya untuk menemukan anomali mendalam.
Sinopsis “All of Us Strangers” (2023)
Adam, seorang penulis naskah yang kesepian di London, menolak rayuan tetangganya, Harry, ketika sedang mabuk.
Dalam keadaan bingung, Adam mengunjungi rumah masa kecilnya yang kini kosong dan di sana dia menemukan hantu orang tuanya, yang meninggal dalam kecelakaan mobil saat ia berusia dua belas tahun.
Setelah kembali, Adam membalas minat Harry dan mereka menjalin hubungan seksual.
Di tengah kekacauan emosinya, Adam membuka diri kepada ibunya tentang orientasi seksualnya, dan ibunya, meskipun khawatir, menerima dia.
Hubungan antara Adam dan Harry semakin intens dan mereka menjalin kedekatan lebih dalam.
Ketika Adam mengunjungi kembali hantu orangtuanya, dia berbicara dengan ayahnya, yang menerima dan menguatkan dia, terutama mengenai perundungan yang dia hadapi semasa kecil.
Adam dan Harry kemudian menghabiskan waktu bersama dengan berpesta dan mengonsumsi ketamin, yang memicu Adam membayangkan kehidupan bersama Harry.
Namun, segalanya menjadi kabur ketika Adam pingsan dan terbangun di rumah orang tuanya pada hari Natal.
Dalam keadaan tidak bisa tidur, dia berbagi tempat tidur dengan hantu orang tuanya dan berbicara tentang kesulitannya setelah kematian mereka, tetapi momen itu terganggu ketika Harry muncul.
Setelah bangun di kereta dan mengejar Harry, Adam berhadapan dengan bayangan dirinya yang lebih muda dan trauma masa lalunya.
Harry membawa Adam pulang setelah dia panik saat berada di bawah pengaruh obat.
Adam bercerita ke Harry tentang ketakutannya akan kesendirian, menyinggung kematian yang tragis dari orang tuanya dan bagaimana itu mempengaruhi rasa takutnya.
Dalam usahanya untuk menghadapi masa lalunya, Adam memutuskan untuk menunjukkan kepada Harry hantu orang tuanya, tetapi menemukan rumah itu kosong.
Catatan “All of Us Strangers” (2023)
Fenomena surealis dalam film ini menjadi panggung untuk eksplorasi emosional yang mendalam tentang duka dan efek berkepanjangannya.
Film ini menggambarkan konflik internal Adam saat dia berhadapan dengan hantu masa lalu bersama kehadiran tak terduga orang tuanya.
Pertemuan itu lembut namun canggung, ditandai dengan bertahun-tahun kata-kata yang tak terucapkan dan beban duka yang belum terselesaikan.
Adam harus menavigasi emosi yang bertentangan antara kegembiraan melihat orang tuanya hidup, dengan kesadaran menyakitkan tentang kehidupan yang telah dia jalani tanpa mereka.
“All of Us Strangers” bukan hanya perjalanan sentimental mengingat masa lalu. Film ini menyelami implikasi filosofis dari mengunjungi dan berpotensi menulis ulang masa lalu.
Film ini mengajukan pertanyaan tentang sifat waktu, kekuatan memori, dan kemungkinan menemukan closure. Kita dibiarkan merenung–dapatkah menghadapi masa lalu benar-benar menyembuhkan luka lama, atau apakah itu hanya sebuah latihan kesia-siaan?
Pengarahan yang cermat dari Haigh menjaga tempo film tetap terjaga, memberikan ruang yang cukup untuk introspeksi dan resonansi emosional.
Penampilan cast secara keseluruhan tampil menawan, dengan Scott memberikan penggambaran yang subtil tentang kerapuhan dan kedalaman tersembunyi dari sosok Adam.
Mescal, sebagai Harry yang misterius, memberikan kehadiran yang menenangkan dan sebagai lawan dari gejolak emosional Adam.
Pemeran pendukung, termasuk Claire Foy dan Jamie Bell sebagai orang tua Adam, memberikan penampilan yang sama berdampaknya, menambah lapisan kompleksitas dan rasa pilu pada narasi.
Secara visual, “All of Us Strangers” sangat memikat. Penggunaan cahaya dan bayangan menciptakan atmosfer seperti mimpi, mencerminkan konflik internal yang berkecamuk dalam diri Adam.
Dari sisi soundtrack film, perpaduan menarik dari piano melankolis dan elemen elektronik, lebih lanjut dapat semakin menekankan bobot emosional cerita.
Meskipun beberapa mungkin menganggap tempo film ini lambat dan endingnya terbuka untuk interpretasi, elemen-elemen ini berkontribusi pada keindahan yang menghantui.
“All of Us Strangers” bukanlah film yang menawarkan jawaban mudah, melainkan mengundang penonton untuk terlibat dalam introspeksi mendalam dan merenungkan sifat kehilangan, ketahanan, dan kondisi manusia.
Ini adalah film yang mendorong refleksi tentang pilihan yang kita buat dan jalan yang tidak diambil.
“All of Us Strangers” adalah pengalaman sinematik yang kuat dan menggugah pikiran. Ini adalah bukti kapasitas semangat manusia pada cinta, kehilangan, dan pada akhirnya, menemukan penghiburan dalam menghadapi hal yang tidak diketahui.