Oppenheimer, film terbaru garapan Christopher Nolan, akan tayang di layar lebar akhir Juli 2023. Ia adalah tokoh yang kompleks dan menarik untuk dikulik perjalanan hidupnya. Artikel ini akan memberikan gambaran yang lebih jauh tentang sosok kontroversial di balik terwujudnya bom atom yang meluluhlantakkan Nagasaki dan Hiroshima di Perang Dunia II.
Perjalanan Hidup Oppenheimer
Bernama lengkap J. Robert Oppenheimer, ia adalah salah satu tokoh paling terkenal dalam sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ia merupakan seorang fisikawan teoretis Amerika Serikat yang memainkan peran penting dalam pengembangan senjata bom atom selama Perang Dunia II.
Namun, kehidupan dan kariernya melebihi hanya sebagai seorang ilmuwan bom atom. Oppenheimer adalah seorang pemikir yang berbakat, seorang pendidik yang berdedikasi, dan seorang tokoh yang kontroversial.
Kehidupan Awal Oppenheimer
Lahir pada 22 April 1904 di Kota New York, Oppenheimer tumbuh sebagai seorang anak yang cerdas dan berbakat. Ia menunjukkan minat awal dalam ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang fisika.
Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Harvard, Oppenheimer melanjutkan pendidikan pascasarjana di Universitas Cambridge di Inggris.
Di sana, ia belajar di bawah bimbingan para fisikawan terkemuka seperti Max Born dan J.J. Thomson. Oppenheimer memperoleh gelar doktor dari Universitas Gottingen di Jerman.
Oppenheimer kemudian kembali ke negaranya. Lalu ia mulai mengajar dan melakukan penelitian di beberapa universitas terkemuka di Amerika Serikat. Berikut adalah beberapa universitas di mana Oppenheimer pernah menjadi pengajar:
- Universitas California, Berkeley: Oppenheimer bergabung dengan fakultas Departemen Fisika di Universitas California, Berkeley pada tahun 1929. Di sana, ia menjadi asisten profesor dan kemudian profesor fisika teoretis. Oppenheimer berperan aktif dalam pengajaran dan penelitian di Berkeley selama periode tersebut.
- Universitas Princeton: Pada tahun 1947, setelah mengundurkan diri dari Proyek Manhattan, Oppenheimer menerima tawaran Princeton dan menjadi profesor fisika dan direktur Institut Studi Lanjutan. Ia melanjutkan pengajaran dan penelitiannya di Princeton hingga akhir hayatnya.
Selain mengajar di universitas-universitas ini, Oppenheimer juga mengunjungi dan memberikan kuliah di berbagai institusi akademik di Amerika Serikat dan di luar negeri. Ia terlibat dalam konferensi dan seminar internasional, berbagi pengetahuan dan wawasannya dengan para ilmuwan dan akademisi dari berbagai negara.
Pengajaran Oppenheimer tidak hanya terbatas pada fisika teoretis. Ia juga memberikan kuliah dan diskusi dalam bidang filosofi dan etika ilmiah. Oppenheimer percaya bahwa ilmu pengetahuan harus dipahami dalam konteks yang lebih luas, termasuk implikasinya dalam masyarakat dan tanggung jawab etis ilmuwan.
Oppenheimer dan Bom Atom
Pada tahun 1942, ia bergabung dengan Proyek Manhattan, proyek rahasia yang bertujuan untuk mengembangkan senjata bom atom. Sebagai direktur Laboratorium Los Alamos, Oppenheimer memimpin tim ilmuwan yang berhasil menciptakan bom atom pertama, yang kemudian digunakan dalam serangan terhadap kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang.
Pencapaian Oppenheimer dalam pengembangan bom atom membawanya kepada ketenaran internasional, tetapi juga menimbulkan kontroversi.
Penyesalan Bom Atom
Salah satu aspek yang penting dalam kehidupan J. Robert Oppenheimer adalah perasaan penyesalan yang ia rasakan terkait dengan pengembangan bom atom.
Meskipun Oppenheimer memainkan peran utama dalam Proyek Manhattan dan berhasil menciptakan bom atom pertama yang menjadi monumen berakhirnya Perang Dunia II, ia merasakan beban moral dan etika yang berat terkait dengan dampak destruktif senjata tersebut.
Oppenheimer adalah seorang intelektual yang peka dan berpikiran kritis. Ia menyadari konsekuensi mengerikan dari bom atom yang telah dikembangkan olehnya dan timnya.
Ketika bom atom digunakan dalam serangan terhadap Hiroshima dan Nagasaki, Oppenheimer merasakan kegelisahan dan penyesalan yang mendalam. Ia menyadari bahwa senjata ini memiliki potensi untuk menghancurkan kehidupan manusia secara besar-besaran.
Setelah Perang Dunia II, Oppenheimer menjadi seorang advokat yang vokal untuk kontrol senjata atom. Ia menekankan pentingnya mengendalikan dan membatasi penyebaran senjata berdaya ledak hebat agar terhindar dari perang yang menghancurkan.
Oppenheimer berpendapat bahwa kekuatan atomik harus digunakan untuk tujuan damai dan pengembangan energi, bukan untuk tujuan destruktif.
Pandangan Oppenheimer tentang penggunaan senjata atomik dan perannya dalam Proyek Manhattan menyebabkan dia menjadi sasaran pemerintah Amerika Serikat.
Apalagi, pandangan politiknya dan hubungannya dengan Partai Komunis Amerika Serikat pada masa muda menyebabkan dia menjadi sasaran pengawasan dan tuduhan anti-patriotik. Tuduhan dan kecurigaan tersebut mempengaruhi reputasi dan karier Oppenheimer.
Pada tahun 1954, Oppenheimer dijatuhi hukuman pembatasan keamanan oleh Komisi Energi Atom, yang mengakibatkan kehilangan izin keamanan dan pengawasan pemerintah terhadap kegiatannya.
Meskipun Oppenheimer mengalami penurunan karier yang signifikan, penyesalan dan kegelisahannya terus membekas.
Ia secara terbuka mengungkapkan penyesalannya atas peranannya dalam pengembangan senjata atomik. Dalam pernyataannya yang terkenal, Oppenheimer mengutip kalimat dari kuno epik India, Bhagavad Gita, yang menggambarkan kehancuran dan kegelapan yang dihasilkan oleh senjata atomik. Kalimat tersebut adalah “Sekarang aku telah menjadi Kematian, pembinasa dunia.”
Penyesalan Oppenheimer tidak hanya berhubungan dengan pengaruh destruktif senjata atomik, tetapi juga dengan pengawasan yang ia alami.
Meskipun dijatuhi hukuman dan dikecualikan dari beberapa proyek ilmiah, Oppenheimer terus berkontribusi dalam dunia ilmiah melalui pengajaran kuliah dan penelitian di Universitas Princeton. Ia tetap berdedikasi untuk membagikan pengetahuan dan pengalaman ilmiahnya kepada generasi berikutnya.
Oppenheimer adalah contoh nyata seorang ilmuwan yang merenungkan dampak moral dan etika dari karyanya. Ia menaruh beban berat atas konsekuensi penggunaan senjata atomik dan menempatkan kepentingan umum dan keamanan manusia di atas kepentingan individu atau politik.
Belajar dari Oppenheimer
J. Robert Oppenheimer meninggal pada 18 Februari 1967, tetapi warisannya terus hidup dalam dunia ilmiah dan budaya.
Ia dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar abad ke-20 dan memiliki pengaruh yang mendalam dalam perkembangan fisika modern. Oppenheimer juga menjadi simbol etika dalam ilmu pengetahuan, memicu perdebatan tentang tanggung jawab ilmuwan dalam pengembangan teknologi yang dapat mengubah dunia.
Menggali lebih dalam ke dalam karya dan pemikiran Oppenheimer, kita melihat bagaimana ia mengintegrasikan fisika teoretis dengan pemikiran filosofis yang lebih luas.
Ia terlibat dalam studi tentang sifat dasar materi, alam semesta, dan evolusi bintang. Oppenheimer juga tertarik pada kaitan antara fisika dan filsafat, terutama dalam konteks sifat realitas dan kesadaran manusia.
Dalam pemikiran Oppenheimer, terdapat konsep-konsep yang menggugah dan menantang.
Misalnya, ia mempertanyakan apakah kesadaran adalah hasil dari proses fisik semata atau apakah ada elemen non-fisik yang terlibat. Ia juga mengajukan pertanyaan tentang batasan pengetahuan manusia dan apakah kita dapat benar-benar memahami alam semesta secara menyeluruh.
Selain itu, Oppenheimer memberikan kontribusi penting dalam pengembangan teori mekanika kuantum.
Ia bekerja sama dengan para ilmuwan terkemuka pada zamannya, seperti Albert Einstein dan Niels Bohr, dalam membahas aspek-aspek fundamental fisika yang kompleks dan membingungkan. Penelitian ini membantu memperdalam pemahaman kita tentang alam semesta pada tingkat partikel terkecil.
Melalui pemikiran dan penelitiannya yang beragam, Oppenheimer mendorong penggalian lebih dalam terhadap misteri alam semesta.
Ia mengajarkan kita untuk tidak puas dengan pengetahuan yang sudah ada dan terus mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan fundamental. Pemikirannya yang mendalam dan pandangan filosofisnya memberikan inspirasi bagi banyak ilmuwan dan mahasiswa di seluruh dunia.
***
J. Robert Oppenheimer adalah contoh nyata seorang ilmuwan yang brilian dan kompleks.
Melalui perannya dalam pengembangan senjata atomik, pemikirannya tentang etika ilmiah, dan kontribusinya dalam fisika teoretis, ia telah meninggalkan jejak yang abadi dalam sejarah. Oppenheimer mengajarkan kita pentingnya keberanian dalam mengejar pengetahuan, serta tanggung jawab yang melekat pada ilmuwan dalam menggunakan kekuatan ilmu pengetahuan untuk kebaikan manusia.