Ngepop – Film internasional memberikan kesempatan bagi kita untuk memperluas cakrawala, melihat dunia dari perspektif yang berbeda.
Hal ini bisa membantu kita menjadi lebih empatik, lebih terbuka, dan lebih menghargai perbedaan.
Menonton film adalah salah satu cara terbaik untuk “berjalan-jalan” tanpa perlu meninggalkan rumah, dan film internasional memberikan tiket murah meriah ke banyak destinasi menarik.
Keajaiban Sinema Global: Jangan Hanya Terpaku Ke Hollywood
Dunia perfilman bukanlah monopoli Hollywood. Sebagai pusat industri film terbesar di dunia, Hollywood memang telah menghasilkan banyak film ikonik yang mendunia.
Namun, jika kamu hanya berfokus pada produksi Hollywood, kamu akan melewatkan begitu banyak kekayaan cerita, budaya, dan perspektif dari seluruh penjuru dunia.
Diversitas Budaya dan Perspektif
Setiap negara memiliki latar belakang budaya, sejarah, dan sosial yang unik, dan hal ini seringkali tercermin dalam film-film mereka.
Misalnya, film “Roma” (2018) karya Alfonso Cuarón menawarkan kilas balik kehidupan di Mexico City pada 1970-an, sementara “Parasite” (2019) karya Bong Joon-ho menyajikan kritik sosial tajam tentang kesenjangan kelas di Korea Selatan.
Estetika dan Gaya Penceritaan
Estetika dan gaya penceritaan dalam film internasional seringkali berbeda dengan Hollywood.
Ambil contoh sinema Prancis yang dikenal dengan pendekatannya yang lebih artistik dan introspektif, seperti yang terlihat dalam film “La La Lande du temps des cerises” (1975).
Atau sinema India, dengan Bollywood yang megah, melodramatis, dan penuh dengan tarian.
Tantangan dan Kritik Sosial
Film internasional seringkali lebih berani dalam mengangkat isu-isu sosial dan politik.
Sebagai contoh, film “Nostalgia for the Light” (2010) dari Chile menggali luka lama diktatorship Pinochet melalui lensa astronomi.
Atau “Winter Sleep” (2014) dari Turki yang mengeksplorasi konflik antarkelas dan keadilan sosial di tengah keindahan Cappadocia.
Kualitas dan Pengakuan Internasional
Tidak jarang, film-film dari luar Hollywood berhasil meraih penghargaan prestisius di ajang-ajang internasional.
Film Iran, “A Separation” (2011) meraih Oscar untuk Film Berbahasa Asing Terbaik, sementara “The Square” (2013) dari Mesir mendapatkan penghargaan di Cannes.
Menjelajahi sinema internasional bukan hanya tentang menemukan film-film berkualitas yang mungkin terlewatkan oleh banyak orang.
Lebih dari itu, hal ini memberikan kesempatan untuk memahami dunia dari perspektif yang berbeda, memperkaya wawasan, dan menantang pemahaman kita sendiri tentang kehidupan dan kemanusiaan.
Sebagaimana kutipan dari sutradara terkenal Federico Fellini, “Sinema adalah bahasa universal, melintasi batas-batas nasional dan budaya, menciptakan pemahaman dan empati yang mendalam.”
9 Film Internasional yang Wajib Kamu Tonton
Berikut Ngepop berikan 9 judul rekomendasi film internasional yang pantang untuk dilewatkan:
Cinema Paradiso (Italia, 1988) – Sutradara: Giuseppe Tornatore
“Cinema Paradiso”, sebuah karya seni dari Italia yang mengajak kita untuk merenung tentang masa kecil, cinta pertama, dan tentu saja, tentang keajaiban menonton film.
Siapa sangka bahwa bioskop kampung kecil bisa memiliki begitu banyak kisah untuk diceritakan?
Film ini menangkap momen-momen indah kehidupan melalui mata Toto, seorang anak laki-laki yang tumbuh besar di sebuah desa Sicilia dan jatuh cinta dengan dunia perfilman.
Lihat bagaimana film ini menggambarkan hubungan antara Toto dan Alfredo, operator proyektor bioskop desa tersebut.
Keduanya membagikan kenangan, tawa, dan air mata, memberikan kita gambaran tentang bagaimana film-film bisa mengikat hati dan jiwa manusia.
Bukan hanya itu, soundtrack dari Ennio Morricone menambah kedalaman emosi dan membuat kita terhanyut dalam nostalgia. Seiring berjalannya waktu, kita diajak untuk melihat perubahan yang terjadi di desa dan bagaimana kehidupan Toto berkembang.
“Cinema Paradiso” bukan hanya sebuah film tentang film, tetapi juga tentang bagaimana kita tumbuh, belajar, dan menerima perubahan dalam hidup. Jika kamu adalah seorang pencinta film atau seseorang yang merindukan kenangan masa lalu, film ini adalah pilihan yang sempurna.
The Lives of Others (Jerman, 2006) – Sutradara: Florian Henckel von Donnersmarck
Membayangkan hidup di bawah pengawasan konstan mungkin sulit bagi sebagian dari kita. Namun, inilah yang terjadi di Berlin Timur selama era Komunis.
“The Lives of Others” mengajak kita melongok ke dalam kehidupan mereka yang hidup di balik Tembok Berlin, di mana rahasia bisa berujung pada nasib hidup atau mati.
Film ini adalah perpaduan antara drama dan thriller, yang berhasil menggambarkan atmosfer tegang nan berat di era tersebut.
Dengan mata yang tajam, kita diajak untuk mengikuti kisah seorang perwira Stasi, Wiesler, yang diberi tugas untuk memata-matai seorang penulis drama dan kekasihnya. Namun, semakin lama Wiesler mengintip kehidupan mereka, dia mulai meragukan tugas dan keyakinannya.
Kita diberi insight tentang bagaimana kehidupan orang-orang yang berbeda bisa saling bertemu dan mempengaruhi satu sama lain di tengah-tengah tekanan politik.
Tidak hanya tentang intrik politik dan espionase, “The Lives of Others” juga menunjukkan kekuatan dari seni, cinta, dan kemanusiaan.
Film ini adalah pengingat bahwa di balik setiap dinding, ada cerita manusia yang berjalan, dengan harapan, mimpi, dan ketakutan mereka masing-masing.
A Separation (Iran, 2011) – Sutradara: Asghar Farhadi
Seringkali, kita beranggapan bahwa film-film dari Timur Tengah hanya berkisar tentang perang, agama, dan konflik. Namun, “A Separation” dari Iran membuktikan bahwa ada lebih banyak hal yang bisa ditawarkan.
Dengan penceritaan yang mendalam dan akting yang kuat, film ini mengajak kita untuk menyelami konflik keluarga yang rumit, dilema moral, dan dinamika sosial yang ada di masyarakat Iran.
Kisah ini berkisar pada pasangan suami istri yang berada di persimpangan jalan: pindah ke luar negeri demi masa depan anak mereka atau tetap di Iran untuk merawat sang ayah yang menderita Alzheimer.
Keputusan ini memicu serangkaian peristiwa yang mengungkap ketegangan, rahasia, dan perjuangan yang lebih dalam dalam keluarga dan masyarakat mereka.
Asghar Farhadi dengan cermat menggambarkan bagaimana kesalahpahaman kecil bisa mengakibatkan konflik besar, dan bagaimana prasangka dan ketidakpercayaan bisa menghancurkan hubungan.
“A Separation” adalah contoh brilian tentang bagaimana film bisa menjadi jendela ke dalam kehidupan orang lain, memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang dunia di sekitar kita.
The Intouchables (Perancis, 2011) – Sutradara: Olivier Nakache & Éric Toledano
Dari negeri mode dan wine, Perancis, hadir sebuah film yang membuktikan bahwa kebahagiaan dan persahabatan bisa datang dari tempat yang paling tak terduga.
“The Intouchables” mengisahkan tentang persahabatan antara dua pria dari latar belakang yang sangat berbeda: Driss, pemuda dari pinggiran kota yang penuh masalah, dan Philippe, aristokrat kaya raya yang mengalami kelumpuhan setelah kecelakaan paragliding.
Awal pertemuan mereka memang tak biasa.
Driss datang ke rumah Philippe hanya untuk mendapatkan bukti bahwa ia telah berusaha mencari pekerjaan, namun justru ditawari pekerjaan sebagai perawat Philippe. Meskipun skeptis, Driss menerima tawaran itu.
Dari situlah keduanya memulai serangkaian petualangan, tawa, dan momen-momen emosional yang mendalam.
Film ini memberikan pandangan yang segar tentang arti sejati dari persahabatan dan bagaimana cara kita melihat kehidupan.
Dengan humor yang tajam dan emosi yang menggugah, “The Intouchables” menunjukkan bahwa di balik perbedaan sosial, budaya, atau fisik, kita semua adalah manusia yang membutuhkan konektivitas dan kasih sayang.
Central Station (Brazil, 1998) – Sutradara: Walter Salles
Brasil, negeri samba dan sepak bola, tapi juga negeri dengan kontras sosial yang tajam.
“Central Station” membawa kita ke jantung Rio de Janeiro, tepatnya di stasiun kereta pusat, tempat seorang wanita tua bernama Dora menghabiskan harinya menulis surat untuk orang-orang yang buta huruf.
Kisah ini dimulai ketika seorang bocah bernama Josué kehilangan ibunya dan meminta bantuan Dora untuk mencari ayahnya yang sudah lama hilang.
Perjalanan mereka melintasi lanskap Brasil, dari kota besar hingga desa-desa terpencil, menjadi jalan untuk kedua karakter tersebut mengenali diri mereka sendiri dan makna dari keluarga. Dalam perjalanan ini, mereka menghadapi berbagai rintangan, mulai dari kesulitan fisik hingga emosional.
“Central Station” adalah film yang menyentuh hati, menggambarkan hubungan antara dua orang yang awalnya asing namun kemudian menjadi keluarga. Walter Salles, dengan keahliannya, menciptakan kisah yang emosional dan visual yang menawan.
My Neighbor Totoro (Jepang, 1988) – Sutradara: Hayao Miyazaki
Dari negeri matahari terbit, Jepang, Hayao Miyazaki mengajak kita untuk terjun ke dunia fantasi yang penuh keajaiban dengan “My Neighbor Totoro”.
Film animasi ini mengisahkan tentang dua adik kakak, Satsuki dan Mei, yang pindah ke rumah baru di pedesaan agar dekat dengan ibu mereka yang sedang sakit di rumah sakit.
Saat menjelajahi lingkungan barunya, Mei menemukan makhluk besar dan berbulu lebat yang dia sebut “Totoro”.
Ternyata, Totoro adalah semacam roh hutan yang hanya bisa dilihat oleh anak-anak. Bersama Totoro dan teman-temannya, kedua kakak beradik itu melewati petualangan ajaib yang membantu mereka mengatasi kesulitan yang mereka hadapi.
“My Neighbor Totoro” bukan hanya film untuk anak-anak, tapi juga cocok untuk orang dewasa. Miyazaki dengan brilian menggabungkan keajaiban masa kecil dengan kedewasaan, membuat film ini menjadi karya abadi yang disukai oleh semua usia.
Kolya (Republik Ceko, 1996) – Sutradara: Jan Svěrák
Siapa sangka bahwa hubungan antara seorang pria tua dan seorang anak kecil bisa begitu mendalam dan menyentuh hati?
“Kolya” adalah film yang menceritakan kisah antara seorang pemain cello berusia 55 tahun di Praha dan seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dari Rusia. Louka, si pemain cello, menikah dengan seorang wanita Rusia hanya untuk mendapatkan uang. Namun, ketika wanita itu pergi meninggalkan anaknya, Kolya, Louka terpaksa merawatnya.
Meski awalnya mereka berdua saling bertentangan karena perbedaan budaya dan bahasa, lambat laun ikatan kuat terbentuk di antara mereka.
“Kolya” adalah kisah mengharukan tentang cinta, pengorbanan, dan persahabatan yang melampaui batas-batas bahasa dan budaya.
The Secret in Their Eyes (Argentina, 2009) – Sutradara: Juan José Campanella
Dari Amerika Selatan, “The Secret in Their Eyes” membawa kita ke Argentina untuk menyelami kisah misteri pembunuhan yang tak terpecahkan.
Benjamin Esposito, seorang mantan pegawai biro hukum, memutuskan untuk menulis sebuah novel berdasarkan kasus pembunuhan yang pernah dia tangani 25 tahun yang lalu. Namun, semakin dia mendalami kisah tersebut, semakin dia terseret ke dalam labirin kenangan masa lalunya.
Melalui kilas balik, kita diajak untuk menyaksikan bagaimana Benjamin dan rekannya, Irene, mencoba menyelesaikan kasus tersebut sambil berhadapan dengan ketidakadilan, cinta yang tak terucapkan, dan rahasia-rahasia yang terpendam.
Film ini adalah gabungan sempurna antara thriller, drama, dan romansa, dengan akting yang memukau dan sinematografi yang menawan.
The Celebration (Denmark, 1998) – Sutradara: Thomas Vinterberg
Dari negara Denmark, datang sebuah film yang menghantam keras namun juga brilian dalam setiap aspeknya.
“The Celebration”, atau dalam bahasa aslinya “Festen”, adalah salah satu film pertama yang mengikuti “Dogme 95”, sebuah gerakan sinema yang mendorong film untuk kembali ke dasar-dasar cerita dan akting, tanpa efek khusus atau sinematografi mewah.
Film ini berkisah tentang perayaan ulang tahun ke-60 seorang patriark keluarga besar di sebuah hotel mewah. Namun, acara tersebut berubah menjadi kekacauan ketika salah satu putranya, Christian, membacakan sebuah pidato yang mengungkap rahasia kelam keluarga mereka.
Seiring berjalannya malam, tensi meningkat dan banyak rahasia lainnya terkuak.
Dengan gaya sinematografi yang unik dan akting yang natural, “The Celebration” memberikan tontonan yang intens dan emosional.
Film ini dengan brilian menggambarkan kompleksitas hubungan keluarga dan dampak dari masa lalu yang terpendam.
Final Thoughts
Setelah kita berkeliling dunia melalui layar, apa yang bisa kita ambil?
Yakini bahwa film adalah salah satu bentuk ekspresi seni yang paling murni. Mereka merefleksikan masyarakat, budaya, dan era di mana mereka dibuat.
Ketika kamu menonton film dari negara lain, kamu tidak hanya menikmati hiburan, tetapi juga belajar, memahami, dan tumbuh sebagai individu.
Film-film di atas seperti mengingatkan kita bahwa, meski kita berbeda dalam banyak hal, emosi dan pengalaman manusia adalah universal.
Jangan lupa bahwa dengan mengeksplorasi film di luar Hollywood, kamu juga mendukung industri film di negara-negara yang mungkin tidak memiliki sumber daya sebanyak Hollywood. Kamu memberi mereka suara dan kesempatan untuk dilihat dan didengar oleh penonton yang lebih luas.
Selamat menonton!