Film “The Color Purple” rilisan 2023 menandai kebangkitan balada klasik karya Alice Walker yang berjudul sama, yang juga pernah diangkat oleh Steven Spielberg pada tahun 1985 ke layar lebar.
Diadaptasi menjadi film musikal yang dinamis, kisah ini dibawakan oleh Blitz Bazawule, seorang sutradara visioner yang dikenal dengan karyanya yang berani dan penuh keindahan visual.
Film ini mengisahkan perjalanan Celie, seorang wanita Afrika-Amerika yang berjuang menghadapi berbagai kesulitan kehidupan dan pencarian diri dengan setting di Amerika Selatan awal abad ke-20.
Dengan naskah yang diadaptasi oleh Marcus Gardley dari musikal panggung yang menyabet nominasi Tony, film ini tetap mempertahankan inti emosional novel Walker sambil menambahkan lapisan ritmis yang mendorong menjadi lebih magical.
Taraji P. Henson memerankan Celie, menghidupkan karakter dengan kerapuhan yang raw dan semangat yang tak pernah padam. Sementara Danielle Brooks memainkan peran Shug Avery, penyanyi blues yang membangkitkan gairah dan kesadaran diri Celie.
Sinopsis “The Color Purple” (2023)
Berlatar di Georgia, AS pada tahun 1909, ceritanya berawal pada kehidupan remaja bernama Celie Harris, yang tinggal bersama adiknya, Nettie, dan ayah tiri mereka, Alfonso, yang abusif.
Tragedi menerpa Celie sejak kepergian ibunya, di mana dia harus menghadapi pelecehan dari Alfonso yang berujung pada dua kehamilan Celie.
Setelah melahirkan anak keduanya, Alfonso mengambil anak tersebut, seperti dia lakukan pada anak pertama Celie.
Tak cukup sampai di situ, Celie kemudian dipaksa menikah dengan seorang petani lokal yang punya tiga anak, Albert “Mister” Johnson.
Ketika Alfonso mencoba melecehkan Nettie, adik Celie, Nettie akhirnya tinggal bersama Mister di rumah kebunnya. Namun, keadaan menjadi rumit saat Mister mengusir Nettie karena menolak ajakan tak senonoh dari Mister.
Sebelum pergi, Nettie berjanji akan terus menulis surat untuk Celie.
Waktu berlalu, dan pada tahun 1917, Celie masih terikat dalam pernikahan yang tidak bahagia dengan Mister. Di sisi lain, putra mereka, Harpo, menikah dengan Sofia yang teguh dan berani.
Harpo berusaha membangun rumah, namun akhirnya mengubahnya menjadi tempat hiburan malam. Celie menemukan sahabat dalam diri Sofia, namun Sofia akhirnya pergi meninggalkan Harpo ketika dia mencoba menyakitinya.
Suatu hari, penyanyi jazz independen bernama Shug Avery tiba di kota untuk tampil di tempat hiburan milik Harpo. Harpo sendiri tengah menjalin hubungan dengan wanita lain bernama Mary “Squeak” Agnes. Saat Harpo mencoba menari dengan Sofia, Mary Agnes melabrak dan memulai keributan yang mengakibatkan kerusakan di tempat itu.
Celie memohon kepada Shug untuk tinggal bersamanya, tapi Shug memutuskan untuk membawa Celie bersamanya.
Ketika mereka kembali ke rumah Mister, Shug menemukan dan mengungkapkan kepada Celie sebuah surat di kotak surat yang ditujukan untuk Celie dari Nettie, yang mengungkapkan bahwa Nettie telah tinggal di Afrika.
Kembali ke Georgia, Sofia diminta oleh istri walikota untuk menjadi pembantunya, namun dia menolak dan akhirnya ditangkap. Setelah enam tahun, dia dibebaskan dan ironisnya harus bekerja untuk istri walikota tersebut.
Pada hari Minggu Paskah tahun 1943, Celie menghadapi Mister di depan ayahnya dan keluarga mereka, kemudian meninggalkannya bersama Shug. Mary Agnes juga pergi bersama mereka ke Memphis, sementara Sofia kembali ke kehidupan aslinya.
Pada tahun 1945, ketika Alfonso meninggal, terungkap oleh istrinya bahwa dia bukan ayah biologis Celie atau Nettie.
Celie kemudian memulai usaha toko pakaian celana dengan bantuan dari Shug, Sofia, dan Mary Agnes.
Sementara itu, Mister menjadi pemabuk yang menderita. Dia berjanji untuk berbuat baik kepada Celie dan kemudian mengunjungi tokonya untuk membeli sepasang celana.
Meski ragu, Celie setuju untuk menjaga persahabatan dengannya. Mister merencanakan untuk menyatukan kembali Celie dan Nettie.
Pada tahun 1947, Celie akhirnya berjumpa kembali dengan Nettie, bersama dengan Adam dan Olivia, anak-anak Celie.
Mereka bergandengan tangan dan mensyukuri perjalanan hidup yang telah mereka tempuh.
Catatan “The Color Purple” (2023)
Kehidupan Celie dipenuhi dengan ketidakadilan, mulai dari pernikahan paksa, kekerasan fisik, hingga pemisahan dari saudara perempuannya, Nettie. Namun, Bazawule tidak hanya berfokus pada kegelapan.
Ia menggambarkan potret komunitas yang penuh warna, tawa, dan keindahan momen sehari-hari yang dibagi dengan teman-teman seperti Sofia (H.E.R.) dan Harpo (Corey Hawkins).
Secara visual, film ini menyajikan pesta bagi indra manusia. Bazawule mengambil inspirasi dari tradisi artistik Afrika dan Afrika-Amerika, menggabungkan warna-warna cerah, pola yang rumit, dan deretan aspirasi yang meningkatkan dampak emosional cerita.
Sementara itu, sinematografinya mampu menangkap luasnya lanskap Selatan dan keintiman pengalaman bersama.
Lebih dari keindahan visual dan musik, “The Color Purple” berpendar dalam eksplorasinya tentang pemberdayaan perempuan.
Perjalanan Celie tidak hanya tentang mengatasi kesulitan pribadi; ini tentang menemukan suaranya.
Film ini merayakan kekuatan wanita kulit hitam yang beragam, menampilkan pentingnya persaudaraan dan solidaritas dalam mengatasi tantangan sosial dan pribadi.
Iterasi baru ini bukan sekadar remake; ini adalah reimajinasi yang cerah untuk generasi baru.
Film ini mempertahankan kekuatan dan kesan mendalam dari sumber aslinya sambil menyuntikkan energi baru dan resonansi kontemporer. Ini merupakan bukti dari warisan abadi kisah Alice Walker, dengan tema resiliensi dan penemuan jati diri yang tetap relevan hingga kini.
Dengan penampilan yang kuat, visual yang menakjubkan, dan musik yang menggugah jiwa, “The Color Purple” mampu mengkado pengalaman sinematik yang awet bahkan setelah film berakhir.
Ini adalah kisah yang merayakan ketahanan semangat manusia, kekuatan musik, dan ikatan persaudaraan yang tak terputus. Mengingatkan kita bahwa meskipun berada di tengah bayangan yang paling kelam, warna ungu dapat mekar menjadi simfoni harapan dan kemampuan untuk bertahan.