Dari imajinasi luar biasa Hayao Miyazaki, sutradara legendaris di balik karya-karya klasik seperti “Spirited Away” dan “My Neighbor Totoro“, datanglah “The Boy and the Heron” (2023).
Film animasi yang mendapat banyak pujian ini, berhasil memikat penonton dengan visual yang memukau, tema yang dalam, dan sentuhan keajaiban khas Studio Ghibli.
Sinopsis “The Boy and the Heron” (2023)
Catatan “The Boy and the Heron” (2023)
Miyazaki, terkenal dengan animasi hand-drawn-nya, yang kembali disajikan dalam “The Boy and the Heron”.
Film ini dipenuhi dengan warna-warna cerah, dari padang rumput zamrud yang subur hingga lanskap dunia lain yang menakjubkan.
Animasinya sendiri fluid dan ekspresif, memberikan kehidupan kepada setiap makhluk, mulai dari bangau yang gagah hingga roh-roh hutan yang menggemaskan.
Dalam dunia yang memukau ini, terungkaplah narasi yang mendalami tema-tema mendalam tentang kehilangan, harapan, dan hakikat keberadaan.
Perjalanan Mahito menjadi metafora untuk coping duka dan menerima ketidakabadian hidup. Ia bertemu dengan roh-roh yang telah meninggal, menghadapi ketakutan dan keinginannya sendiri, dan pada akhirnya belajar menemukan penghiburan dalam kenangan orang-orang yang dicintainya.
Film ini tidak hanya tentang kesedihan dan kerumitan yang menyertainya, tetapi juga dipenuhi momen keceriaan dan humor.
Interaksi antara Mahito dan si bangau menawarkan hiburan tersendiri, sementara ulah dari roh-roh hutan menambahkan sentuhan keajaiban dalam narasi yang sudah menyentuh hati.
Keseimbangannya membuat film ini sama-sama menarik bagi anak-anak dan orang dewasa, menawarkan kedalaman yang berbeda untuk diapresiasi oleh setiap kelompok usia.
“The Boy and the Heron” telah mendapat banyak pujian kritis, terutama dipuji karena animasi, cerita, dan resonansi emosionalnya.
Beberapa pengulas menyebutnya bagai kembali ke the best form of Miyazaki, mengingatkan pada karya-karya besar sebelumnya seperti “Princess Mononoke” dan “Howl’s Moving Castle”.
Lainnya memuji eksplorasi film tentang duka dan kematian, mengakui penyajian yang sensitif dan mencerahkan dari topik-topik sering kali sulit diangkat dengan baik ini.
Sukses film ini tidak hanya terbatas pada pujian kritikus. “The Boy and the Heron” memperoleh kesuksesan box office, menjadi salah satu film animasi Jepang dengan penghasilan tertinggi.
Lebih dari sekadar nilai hiburannya, film ini meninggalkan penonton dengan rasa harapan dan keajaiban.
Sajian ini mengingatkan kita bahwa bahkan dalam menghadapi kehilangan, masih ada keindahan dan sihir yang bisa ditemukan di dunia sekitar kita.
Ketika Mahito belajar melepaskan duka dan merangkul kenangan ibunya, ia menemukan kekuatan baru dan pemahaman yang lebih dalam tentang hidup itu sendiri.
“The Boy and the Heron” adalah sebuah pengalaman sinematik. Ia adalah perjalanan menakjubkan ke dunia fantasi, eksplorasi mendalam tentang kehilangan dan resiliensi, dan bukti kekuatan imajinasi dan penceritaan yang abadi.