Tuesday, December 24

Resensi Buku | “Penggores Kenangan” Antara Kia dan Wira

“Hidupmu harus bisa kayak stasiun ini. Biarpun kereta satu datang dan berhenti, kamu tetap bakal berdiri tegar waktu kereta itu pergi. Siap buat nerima kereta selanjutnya. Siap ditinggal lagi. Tapi, selalu yakin bakal ada yang datang lagi.” – halaman 221.


Sudah tiga tahun berlalu dan selama itu pula Tante Dani tak pernah menyetujui jika sang anak, Wira, berpacaran dengan Kia yang disleksia. Akan tetapi, ketidaksetujuan sang ibu tak membuat Wira putus asa dan mengakhiri hubungannya dengan Kia. Berdua, mereka tetap mempertahankan hubungannya dengan harapan suatu hari nanti sang ibu merestui hubungan mereka… dan benar saja.

Setelah Wira mengalami kecelakaan, sang ibu tiba-tiba menerima Kia sebagai pacar anaknya. Namun, ada suatu hal tersembunyi yang tak diketahui oleh Kia. Setelah sebuah kecelakaan yang dialami Wira itu, orang-orang terdekatnya justru bersikap aneh, tak terkecuali Wira sendiri. Hanya saja Kia tak juga menyadari hal tersebut. Rasa bahagia karena mendapat restu dari Tante Dani membuatnya tak mau berpikir rasional. Padahal semua keanehan yang terjadi tersebut tak lain disebabkan untuk menyembunyikan sebuah rasahasia besar yang memiliki sangkut-paut dengan dirinya. Sebuah rahasia yang juga berkaitan dengan waktu.

Kia sendiri di Penggores Kenangan ini digambarkan sebagai seorang gadis yang sering uring-uringan, pemurung, dan tertutup. Padahal, sebelum sang ayah meninggal dulu ia adalah pribadi yang riang dan cerewet. Sedangkan, Wira sendiri bersifat ramah, bersahaja, dan ceria. Sementara, Tante Dani digambarkan sebagai seorang ibu yang cantik, namun memiliki ekspresi yang galak.

Selain ketiga tokoh tersebut, novel yang memiliki alur bolak-balik ini juga memiliki tokoh lain, di antaranya Adhit dan Nino. Adhit sendiri adalah Kakak Wira yang digambarkan sebagai seseorang yang genius. Sedangkan, Nino adalah sepupu Kia yang mana juga merupakan teman SD Wira.

Salah satu bagian menarik dari novel ini adalah akhir ceritanya yang berjalan manis.

Meski di awal, alur cerita masih terasa kurang rapi, namun semakin masuk ke dalam ping-pong alur Penggores Kenangan semakin rapi.

Yang saya sayangkan dari novel ini ada pada bagian blurb di mana dituliskan bahwa “Kia merasa bahagia, perjuangannya –mempertahankan hubungannya dengan Wira, selama ini tak sia-sia.” Namun, pada cerita di novel ini, kebahagiaan yang dirasakan oleh Kia ini tidak tergambarkan dengan baik. Perwatakan Kia yang suka uring-uringan terlalu kuat digambarkan di sini. Hal tersebut kemudian membuat perasaan bahagia yang dialami Kia menjadi tak terlihat.

Untuk segi teknis sendiri, warna dasar pada kovernya menurut saya terlihat manis. Kemudian, untuk jenis huruf yang digunakan pun buat saya tidak ada masalah. Hanya saja yang masih mengganggu saya dari novel dengan latar tempat Solo dan Yogya ini adalah hubungan antara judul dengan gambar sampul yang digunakan. Terlepas dari segi ceritanya, buat saya pemberian judul dengan desain gambar yang digunakan di sini sama sekali tidak nyambung.


Judul: Penggores Kenangan
Penulis: Adhiati AP
Penerbit: de Teens
Terbit: Desember 2014
Tebal: 224 halaman
ISBN: 978-602-255-76

Discover more from Ngepop.com

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading