Wednesday, October 16

Resensi Buku | Remaja Sang “Pemeran Patah Hati”

“Tapi, dunia ini luas. Tidakkah patah hatimu ‘kan terobati?” –halaman 7.


Persis seperti judulnya, novel ini berkisah tentang rasanya patah hati. Tapi, sebetulnya tak hanya tentang patah hati juga, melainkan juga berkisah tentang persahabatan, persaudaraan, dan kebalikan dari patah hati, yakni jatuh cinta. Persahabatan antara Ever dengan Yosinta. Persaudaraan antara Enko dengan Ode. Jatuh cinta antara murid dengan guru dan patah hati atas cinta yang bertepuk sebelah tangan maupun terkhianati oleh sahabat sendiri.

Anyway, sebetulnya saya agak kesulitan untuk menuliskan sinopsis dari cerita ini. Sebabnya, antara satu tokoh dengan tokoh lainnya saling memiliki hubungan yang kalau saya menuliskannya, menurut versi saya, bisa-bisa akhir cerita malah terbongkar. Akan tetapi, intinya begini, dalam novel ini ada kisah tentang Ode –yang cerewet, keras kepala, namun pintar– yang tak pernah akur dengan Yosinta –yang hobi berdandan dan juga pintar– sejak di bangku SMP. Sebetulnya, Ode merasa tidak ada masalah antara dirinya dengan Yosinta. Justru sebaliknya, Yosinta merasa bermasalah dengan Ode karena ia merasa tersaingi oleh Ode, baik soal akademik maupun masalah hati.

Di sisi lain, Enko –yang baik hati dan penyabar– patah hati karena merasa dikhianati oleh sang pacar dan sahabatnya sendiri. Sedangkan, ketika Atlas –kakak Ever, sedang berusaha mencoba untuk meloakkan kenangannya, Ever sendiri justru sedang bingung menutupi perasaannya terhadap seseorang. Kalau dibayangkan, mungkin fragmen-fragmen tersebut terasa tidak menyatu. Tapi, jika kalian membaca buku ini, kalian pasti akan paham di mana letak benang merahnya.

Nah, untuk latar sendiri, novel ini mengambil latar tempat di Yogyakarta. Bagusnya –mungkin karena saya orang Yogya dan sudah sangat hafal dengan tempat-tempat di kota tersebut, penulis di sini mampu menunjukkan sisi ke-yogya-an sebagai latar tempat dalam novel tanpa menonjolkan landmark Kota Yogya. Bagi saya itu cukup menarik, karena rasanya sudah terlalu basi jika lagi-lagi yang ditonjolkan adalah landmark.

Lalu, pemberian nama untuk judul-judul pada setiap babnya yang mana menurut saya unik. Penulis menganalogikan isi cerita setiap bab dengan menggunakan warna. Dan lagi, saya juga cukup suka dengan permainan “ping-pong” alur penceritaan yang ada di novel ini. Sayangnya, bagian di mana Ode tiba-tiba tidak jadi untuk mundur dari olimpiade terasa aneh. Kemudian, cerita pada bab 13, saya rasa juga agak anti-klimaks. Akan tetapi, bagian epilognya cukup dapat mengobati kekecewaan dari ke-anti-klimaks-an pada bab 13.

Untuk segi sampulnya sendiri, desain gambarnya menurut saya pribadi kurang representatif. Saya tidak menemukan “gambaran” pameran “patah hati” pada desain gambarnya. Dan lagi, warna yang digunakan pun menurut saya terlalu pucat sehingga terlihat kurang mencolok. Untuk selebihnya, saya pikir tak ada masalah untuk segi teknis.


Judul: Pameran Patah Hati
Penulis: Mini GK
Penerbit: PING!!!
Terbit: 2015
Tebal: 204 halaman
ISBN: 978-602-255-836-1

Discover more from Ngepop.com

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading