Wednesday, July 24

Review Film | “Deepwater Horizon (2016)” Mereka Kejadian Pemacu Adrenalin

Di kehidupan materialistis, pundi-pundi besar yang dikantongi pasti berbanding lurus dengan risiko yang mesti dihadapi.

Sama halnya dengan fenomena banyak orang yang berbondong-bondong ingin masuk ke berbagai jurusan teknik di perguruan tinggi karena faktor pendapatan. Satu hal yang perlu diingat, belajarlah dari kejadian Deepwater Horizon. Di kondisi seaman apa pun, intaian insiden tetaplah eksis.

Film ini berkisah tentang kegiatan para pekerja kilang minyak lepas pantai yang bernama resmi Deepwater Horizon. Deepwater Horizon memperoleh penghargaan di bidang keselamatan kerja selama tujuh tahun berturut-turut. Kondisi ini sangat membanggakan. Hingga suatu waktu dengan jeda teramat singkat, terjadi insiden meledaknya bor kilang minyak karena keteledoran. Insiden terburuk sepanjang sejarah Amerika Serikat.

Deepwater Horizon menjadi film adaptasi kejadian nyata kesekian yang dirilis pada 2016. Di film ini, pokoknya adalah “based on true events”. Artinya, sejak awal sudah jelas bahwa tujuan dari film ini adalah merekaulang insiden yang terjadi.

Bukan pengisahan yang sepihak.

Secara eksekusi gagasan dan upaya dramatisasi, hal tersebut berhasil dilakukan dengan cukup bijak. Di muka, penonton disuguhi kompilasi pengantar dari beberapa tokoh yang bakal memperoleh porsi lumayan banyak sepanjang durasi. Meskipun masih ada saja catatan di kuartal pertama, di mana terlalu banyak dramatisasi karakter mentah yang dilakukan. Untunglah dari rangkaian itu masih ada beberapa scene yang tepat sasaran, salah satunya scene ketika anak dari Mike Williams (Mark Wahlberg) sedang membaca tulisannya sambil melakukan praktik. Ikonik.

dokumen ngepopcom

Mark Wahlberg pun menunjukkan performa yang bagus di sini.

Meskipun secara emosional dia masih nampak seperti berada di ayunan keragu-raguan. Setidaknya, perannya di sini lumayan berhasil menghapus imej buruknya di mata saya pasca membintangi Transformers: Age of Extinction. Saya percaya diri menyebut bahwa akhirnya Wahlberg tahu mana ledakan yang memang tahu situasi-kondisi dan mana yang cuma tempelan eksploitatif.

Ini adalah film pemacu adrenalin.

Ritmenya berjalan perlahan, kemudian ketika sudah sadar lokasi punch-line, geraknya menjadi sangat agresif tanpa mau memberikan jeda sejenak berlega kepada penonton. Itulah mengapa di awal saya menyebut bahwa risiko sebanding dengan pendapatan.

Deepwater Horizon memberikan gambaran nyata secara vulgar.

Gambaran yang bisa jadi sukses membuat para calon insinyur—terutama perminyakan—sempat berpikir ulang tantang profesinya kelak. Namun tidak serta merta, mungkin dampaknya hanya temporer. Saya kira di bangku perkuliahan perkara risiko yang mungkin dihadapi—semacam ini—juga sudah sempat disampaikan dalam beberapa kali kesempatan.

Terlepas dari perkara profesi, agaknya film ini juga ingin memposisikan masalah lingkungan di garda utama. Sayang, naskah Deepwater Horizon malu-malu dan hanya bisa menyisipkannya di barisan paling belakang. Di teks-teks penutup sebelum credit title bergulir. Salah satunya adalah yang menyebutkan tentang dampak yang ditimbulkan: 87 hari api menyala hingga lautan yang tercemar parah oleh tumpahan minyak–210 juta galon.

Deepwater Horizon layaknya guru yang memberikan teguran keras kepada anak didiknya lewat tutur pengalaman.

Film ini tidak memiliki intensi moral khusus kepada publik. Kalau melihatnya secara keseluruhan, Deepwater Horizon cuma ingin menunjukkan bahwa pernah ada kejadian semengerikan ini. Kejadian yang diharapkan bisa menjadi pembelajaran bagi banyak kalangan. Maka rasanya kalau kita coba menghilangkan sekuens awal dan akhir, film ini laksana festival gegap gempita audio-visual yang eksplosif—nikmati sound-mixing-nya yang juara.

Kembali lagi ke pengingat awal, based on true events, kejadianlah anak emasnya, sedangkan sisi manusiawi berada di prioritas ke sekian.

Deepwater Horizon memperoleh 8 dari 10 bintang

Film Deepwater Horizon (2016) telah ditonton pada 9 Oktober 2016, review resmi ditulis di hari yang sama.

1 Comment

Comments are closed.

Discover more from Ngepop.com

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading