Friday, December 6

Review Film | “Midnight Special (2016)” Sespesial Empati Tak Bersyarat

Midnight Special adalah empati tanpa syarat.

Bahkan ketika kamu tidak sepenuhnya memahami setiap dialog yang dilontarkan, itu bukanlah perkara besar. Film ini bukan di tipe “membimbing penonton”, tetapi “berjalan bersama penonton”. Semua tidak kentara bakal berakhir seperti apa dan bagaimana. Tetapi ada satu keyakinan yang terus menyala terang di sepanjang durasi. Seterang pendar mata Alton.

Midnight Special berkisah tentang seorang ayah yang memiliki anak berusia delapan tahun bernama Alton. Dia adalah anak yang spesial, memiliki kekuatan di luar jangkauan pikir manusia. Tetapi, keberadaannya tiba-tiba menimbulkan kekacauan. Banyak pihak yang mencoba mencari dan menelitinya. Tidak mau berakhir buruk, Alton dengan perlindungan orang-orang terdekatnya mencoba membuka mata dunia.

Saya benar-benar dibuat terkesima dengan kerendahan hati Midnight Special. Lebih anehnya lagi, tahun lalu film yang saya anggap memiliki tone serupa adalah 99 Homes. Ya, dua-duanya sama-sama dalam naungan akting Michael Shannon. Agaknya Shannon memang punya daya magis tak kasat mata di tiap filmnya. Efek itu membuat penonton benar-benar bisa ikut masuk ke dalam film, bukan di level menonton, namun seolah benar-benar terlibat ada di situ.

Dari sisi naskah, film ini memiliki dialog yang sederhana namun sering bikin senewen.

Apalagi ketika semua lakonnya juga memiliki satu sifat serupa: senewen. Kebetulan? Saya rasa tidak. Tidak banyak naskah film yang bisa menyatukan dialog dan para tokohnya dalam sifat formula tunggal. Maka dari itu, secara naskah Midnight Special adalah keajaiban.

Ingin lebih mindblowing lagi? Dengan percaya diri saya katakan sebenarnya Midnight Special adalah film yang bisa ngomong tanpa harus ada dialog! Serius. Seluruh emosi yang coba digelontorkan sudah tersemat di mimik muka serta gestur masing-masing karakternya. Itulah mengapa sekalipun film ini di-mute atau paling tidak disisakan scorring serta efek lain (misal suara tembakan dan ledakan) itu sudah lebih dari cukup.

Nampak di sini bahwa Midnight Special adalah pengalaman sinematik seutuhnya.

Kalau ada sanggahan bahwa pengalaman sinematik haruslah berwujud visual mengagumkan, bersabar saja, film ini menohoknya di waktu yang sangat tepat. Saya sejak kuartal pertama durasi bahkan sudah dibuat bertanya-tanya: apakah kendali film ini bisa terus stabil, bagaimana kontrol arahnya bakal dipegang, hingga apakah para penggawa film ini mampu menutupnya? Sampai di kesimpulan, saya benar-benar dirampok karena semuanya dibayar lunas. Bahkan kalau mau lebih lebay lagi film ini masih memberikan tip bagi saya.

Midnight Special memang menawarkan tanda tanya besar sejak awal. Diakhiri pun masih dengan bayangan tanda tanya lainnya. Tapi perlu dipegang bahwa tanda tanya di sini bukanlah di suratan storyline-nya–kalau cuma bagian ini, Midnight Special sudah menutupnya dengan presisi. Lebih kepada yang tersirat, di benak penonton akan mulai bermunculan berbagai kemungkinan sudut pandang eksistensial pasca credit title bergulir–sambil ditemani dengan theme song-nya.

Pada akhirnya, hal itu menunjukkan bahwa Midnight Special: telah berhasil disampaikan; panjangnya durasi menjadi tidak begitu terasa; aktor dan aktris baik utama maupun pendukung telah sukses beradu peran secara meyakinkan; departemen teknis top notch mendukung pelintiran emosi bagi penonton; dan yang paling utama film ini memiliki nyawa yang nyata. Buktikan dengan mata, telinga, otak, serta batin sendiri.

tersapa memberikan 9.5 dari 10 bintang.

Film Midnight Special (2016) telah ditonton pada 24 April 2016, review resminya ditulis di hari yang sama–tidak berselang lama.


Review ini sebelumnya tayang di laman tersapacom sebelum akhirnya merger ke ngepopcom dan telah dibaca lebih dari 600 visitor.

1 Comment

Comments are closed.

Discover more from Ngepop.com

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading