Friday, December 6

#SpectacularTen 10 Film Indonesia Terbaik 2016 (Bagian 2)

Setelah melewati 2016, kita semakin diyakinkan bahwa film Indonesia memiliki dua waktu pesta pora: lebaran dan akhir tahun. Selain karena biasanya jadwal rilis keroyokan—jedanya tidak berselang lama—jumlah raupan penontonnya pun bisa dibilang masif.

Namun begitu, fakta ini juga tidak bisa dijadikan patokan seutuhnya. Toh ada juga film yang rilis September yang akhirnya bertengger di urutan pertama film paling laris Indonesia sepanjang masa. Yang jelas, jangan sampai kita berpatokan bahwa film yang banyak penontonnya berarti film bagus, belum tentu. Terlalu banyak variabel yang terlibat.

Daftar penerima label terbaik sudah dibuat, rentang periodenya antara 30 Desember 2015 hingga 30 Desember 2016.

Bagi kamu yang belum membaca tulisan bagian satu, silakan klik gambar di bawah untuk mengetahui film Indonesia apa saja yang berada di posisi 10 hingga 6.

ngep id ngepopcom

Melanjutkan tulisan pertama, berikut tersapa bekerjasama dengan ngepop sajikan daftar film Indonesia terbaik #SpectacularTen 2016 urutan lima besar!

05 id ngepopcom
05. Wonderful Life (baca review)

Wonderful Life menggugat tentang tatanan prasangka yang selama ini selalu menghantui masyarakat kita. Lia (tokoh utama) tahu betul bagaimana kondisi sosial memaksanya untuk berlaku ganda di berbagai kondisi. Tekanan di rumah masih harus ditimpa dengan tekanan di kantor dan ditambah tekanan di lingkungan perkembangan diri Aqil, si buah hati.

Sementara itu, naskah Wonderful Life tidak mau begitu saja lepas tangan, untuk mengukuhkan bahwa film ini adalah perjalanan personal yang relatable, sosok Aqil dimunculkan dengan penokohan yang bisa dibilang merupakan anti-tesis Lia. Aqil yang merasa dirinya baik-baik saja meskipun mengidap disleksia, Aqil yang selalu berusaha mendapatkan atensi ibunya.

Apa hasilnya? Suguhan yang memiliki atmosfer heartwarming dengan kemasan penerimaan. 8.5/10

04 id ngepopcom
04. Athirah (baca review)

Ibarat sosok manusia, film ini adalah makhluk yang menawan namun luput dari radar populer. Ini adalah film yang jujur.

Ketika banyak film sejenis yang masih mematuhi pakem normatif, Athirah enggan tampil cengeng dan suci. Sang karakter utama di sini ditampilkan secara apa adanya dan kontradiktif terhadap lingkungan sekitar. Misalnya, dengan napas agama yang cukup kental dalam keluarga, toh dalam kondisi nyaris putus asa Athirah lebih memilih untuk mencari aji-aji.

Selain itu, terkait ego film biografi, Athirah melakukan keputusan yang sangat tepat dengan tidak ambisius dalam memilih periode.

Alih-alih mengikuti kisah hidup si tokoh utama dari lahir sampai teramat tua, film ini hanya memilih periode 50-an dan 60-an. Dinampakkan, di situlah terjadi berbagai keputusan yang “worth to tell”. Dan keputusan inilah yang saya sebut masih lazim absen pada film biografi produksi nasional.

Lewat berbagai momen heningnya, Athirah mampu berbicara banyak kepada penonton. 8.5/10

03 id ngepopcom
03. Siti (baca review)

Lewat perpaduan aspect-ratio 4:3, hitam-putih, kehidupan sebuah keluarga pesisir pantai, tokoh sentral seorang perempuan, serta sayatan scorring jujur tak berkesudahan, Siti menohok dengan amat dalam sepanjang durasi. Kekuatan terbesar dari karya visual layar lebar ini adalah permainan emosi yang dilemparkan oleh para karakternya. Tidak hanya monopoli Siti.

Pada akhirnya, Siti memang layak diberi gelar sebagai salah satu film Indonesia terbaik. Film ini tidak ingin terlihat muluk-muluk, dia hanya ingin jujur menujukkan sebuah fragmen kehidupan seorang perempuan, yang juga sebagai istri, yang juga sebagai ibu, yang juga sebagai anak, yang juga sebagai teman, sekaligus yang juga sebagai seorang manusia biasa–yang bisa limbung, bahagia, pun keras dalam menghadapi dinamika kehidupan. 8.5/10

02 id ngepopcom
02. Ada Cinta di SMA (baca review)

ACdS membuktikan bahwa ketika para cast yang dipandang sebelah mata oleh banyak kalangan (CJr) memperoleh naskah dan penanganan yang bagus, hasilnya akan di luar dugaan. Dan kalau kamu merindukan film yang sukses mengawinkan adegan musikal dengan kisah linier-nya, ACdS mengeksekusinya secara ciamik.

Jangankan untuk level kenaturalan, bahkan secara lirik dan musiknya pun film ini memberikan sajian yang tidak hanya catchy tapi juga penuh pertimbangan—kudos bagi penulis lirik lagu-lagunya. Secara jujur, lagu-lagu yang dibawakan hadir di berbagai adegan karena memang memiliki relevansi dengan jalan cerita. CJr sukses rebranding musik dengan menginsepsikan kesan bocah dan beranjak dewasa yang imbang.

Sebagai sebuah sajian yang meletakkan pelajar SMA sebagai sentralnya, ACdS tidak tampil sederhana. Film ini berani memperkenalkan karakter berlevel kompleks dua tingkat. Entitas yang sudah lama hilang dari sinema Indonesia—paling tidak sejak Ada Apa dengan Cinta?. 8.8/10

01 id ngepopcom
01. Ngenest (baca review)

Ngenest harus mendapat apresiasi yang layak. Sejak premis diumbar ke penonton, saya sudah dibikin takjub dengan naskahnya, dialognya. Saya langsung bisa menilai, bahkan ketika durasi baru lima menit awal, bahwa screenplay-nya sangatlah cerdas, juara. Literally cerdas.

Saya semacam menemukan orang terkasih yang sudah lama saya tunggu, yang bahkan sebelumnya saya masih sangat samar dengan wujudnya, utopis. Selama ini saya mengira mungkin tidak akan ada film Indonesia yang bisa membuat dialog berbahasa Indonesia begitu lumer, natural, komikal, tanpa meninggalkan kesan “meh”. Ngenest meruntuhkan kegamamangan saya selama bertahun-tahun itu. Di film ini, akhirnya saya bisa melihat “wujudnya” yang selama ini sangat samar, menjadi sungguh jelas.

Selain itu, dengan sangat banyaknya karakter yang ditampilkan, Ngenest mampu membaginya sesuai porsi. Tidak ada yang terlalu sedikit dan tidak ada yang terlalu dominan. Oh, dan para pemerannya benar-benar tidak salah pilih.

Rating 9.5/10 (atau 4.5/5 dalam skala 5) untuk Ngenest, sampai saat ini, adalah rating tertinggi yang pernah saya berikan bagi film Indonesia. Benar-benar salut. 9.5/10

Discover more from Ngepop.com

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading