Tuesday, December 5

Rating 8

Review Film Indonesia | “Headshot (2016)” Aksinya Lebih Berbicara
#Film, #Home, Rating 8

Review Film Indonesia | “Headshot (2016)” Aksinya Lebih Berbicara

Ketika menjadi sajian aksi laga, Headshot tidak perlu minder sama sekali. Namun ketika ada tuntutan lisan, naskah film ini jelas kelimpungan dan mesti wawas diri. Headshot berkisah tentang seorang pemuda yang ditemukan terdampar di pinggir pantai dalam keadaan tidak sadarkan diri. Dia dirawat oleh dokter Ailin di rumah sakit selama masa koma. Lebih jauh, Ailin menamainya Ishmael karena tidak bisa menemukan identitas pemuda tersebut--pun Ishmael hilang ingatan. Ternyata ada bahaya besar yang mengintai keduanya berkaitan dengan masa lalu Ishmael. Saya masih sangat berharap kalau Headshot jadi film bisu saja. Jadi film ini cuma butuh visual dan scoring tanpa butuh dialog dan narasi. Bukan tanpa sebab, berbagai ujaran yang dikeluarkan terdengar ganjil dan kontradiktif--belum lagi lemahnya m...
Review Film Indonesia | “Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara (2016)” Kesadaran Kita Sebagai Indonesia
#Film, #Home, Rating 8

Review Film Indonesia | “Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara (2016)” Kesadaran Kita Sebagai Indonesia

Ada terlalu banyak kebetulan di film Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara. Sedikit kebetulan itu menyenangkan, sedang kebanyakan justru bikin komplikasi. Prolog jadi goyah. Meski begitu, setelah mencoba mengendapkan sekian waktu, saya disadarkan bahwa pilihan-pilihan itu memang disengaja. Penonton diajak mengikuti Aisyah, perempuan berjilbab yang menunggu panggilan kerja sebagai guru dari sebuah yayasan. Dia berada di posisi belum pasti tentang kapan jadwal pengangkatannya. Sampai selisih waktu singkat, datang telepon yang mengatakan dia bisa segera menjadi guru kalau mau ditempatkan di Derok, Kabupaten Timor Tengah Utara sebab ada kandidat yang mengundurkan diri. Tanpa punya tendensi macam-macam di awal, dia menerimanya--keputusan mendadak yang justru membuat kaget orang-orang terdekat. Sa...
Review Film | “Trolls (2016)” Kado Kanak-Kanak
#Film, #Home, Rating 8

Review Film | “Trolls (2016)” Kado Kanak-Kanak

Bisa dibilang Trolls mulai mengiming-imingi penonton dengan merilis videoklip “Can’t Stop the Feeling” yang digadang menjadi soundtrack utama. Berbekal tawaran pengisi suara yang rata-rata merupakan aktor-penyanyi papan atas serta lagu-lagu yang diproduseri sendiri oleh Justin Timberlake, Trolls akhirnya rilis. Namun tawaran tersebut tidak menjanjikan lebih dari segi kompleksitas cerita maupun template animasi yang diberikan. Nyatanya, cerita yang terlalu sederhana membuat film ini terlalu santai untuk diseriusi. Film ini bercerita mengenai sekelompok trolls yang dibawa musuh untuk dijadikan santapan, Poppy (Anna Kendrick), calon ratu yang juga merupakan trolls paling bahagia, memutuskan untuk menyelamatkan mereka. Berbekal pikiran yang sangat positif dan rasa bahagia di dalam dir...
Review Film | “Doctor Strange (2016)” Paling Strange dari Marvel
#Film, #Home, Rating 8

Review Film | “Doctor Strange (2016)” Paling Strange dari Marvel

Benedict Cumberbatch patut bersyukur sebab sejauh ini dia selalu memperoleh peran yang bikin iri. Labelnya pun tidak pernah jauh-jauh dari sosok cerdas secara intelektual. Di Doctor Strange, kita kembali dihadapkan pada sosok yang “Benedict Cumberbatch” banget, seolah-olah karakter ini sudah ditakdirkan untuknya sejak lama. Dalam kemasan lengkap, selain karena faktor aktor utama, film ini sukses memberikan suguhan mewah secara audio-visual. Meskipun, kredibilitas tokoh pendukung serta kontinuitas gagasan menjadi masalah yang cukup mengkhawatirkan. Doctor Stephen Strange adalah karakter pahlawan super baru di jagat Marvel Cinematic Universe (MCU). Dia adalah seorang dokter yang jenius dan egosentris. Hingga suatu waktu, Strange mengalami kecelakaan fatal yang membuat fisiknya tidak bis...
Review Film | “Me and Earl and the Dying Girl (2015)” Ringan dan Matang
#Film, #Home, Rating 8

Review Film | “Me and Earl and the Dying Girl (2015)” Ringan dan Matang

Me and Earl and the Dying Girl  // 2015 // Sutradara : Alfonso Gomez-Rejon (Amerika) // Pemain : Thomas Mann, Olivia Cooke, RJ Cyler, Katherine Hughes, Connie Britton Menonton Me and Earl and The Dying Girl sama seperti kutipan yang muncul di awal ceritanya: it was the best of times; it was the worst of times. Berulang kali kita dibuat sedih dan tertawa olehnya. Dan yang terbaik adalah kita sudah melewatinya hingga akhir. Sulit untuk melabeli film ini ke dalam satu genre. Apakah ini film komedi romantis? Mungkin tidak, mungkin juga iya. Film ini tidak menyuratkan kisah-kasih, melainkan dua muda-mudi yang berteman dan saling terhubung satu sama lain. Namun, pertemanan mereka sangat manis sampai-sampai membuatmu berasa seperti melihat orang yang sedang pacaran. Ini laiknya visualisasi aku...
Review Film | “Deepwater Horizon (2016)” Mereka Kejadian Pemacu Adrenalin
#Film, #Home, Rating 8

Review Film | “Deepwater Horizon (2016)” Mereka Kejadian Pemacu Adrenalin

Di kehidupan materialistis, pundi-pundi besar yang dikantongi pasti berbanding lurus dengan risiko yang mesti dihadapi. Sama halnya dengan fenomena banyak orang yang berbondong-bondong ingin masuk ke berbagai jurusan teknik di perguruan tinggi karena faktor pendapatan. Satu hal yang perlu diingat, belajarlah dari kejadian Deepwater Horizon. Di kondisi seaman apa pun, intaian insiden tetaplah eksis. Film ini berkisah tentang kegiatan para pekerja kilang minyak lepas pantai yang bernama resmi Deepwater Horizon. Deepwater Horizon memperoleh penghargaan di bidang keselamatan kerja selama tujuh tahun berturut-turut. Kondisi ini sangat membanggakan. Hingga suatu waktu dengan jeda teramat singkat, terjadi insiden meledaknya bor kilang minyak karena keteledoran. Insiden terburuk sepanjang seja...
Review Film | “Train to Busan (2016)” Tertegun oleh Zombie Hibrida
#Film, #Home, Rating 8

Review Film | “Train to Busan (2016)” Tertegun oleh Zombie Hibrida

Berbekal atmosfer klaustrofobia, Train to Busan cukup berhasil menjaga ritme supaya terus mengintimidasi. Film ini serasa gabungan tipikal film zombie, representasi hantu khas Asia Timur, Contagion, dan Snowpiercer. Yang membuatnya lumayan menjengkelkan adalah banyaknya momen dramatisasi tipe tertegun. Pun karena terlalu asyik dalam membangun rasa tertekan, film ini justru lupa tentang alasan-alasan fundamental dalam plotnya. Train to Busan berkisah tentang seorang anak yang ingin berlibur ke Busan. Sang ayah--petinggi perusahaan--sudah lama berjanji untuk mewujudkannya namun selalu berakhir di janji karena sibuk pada pekerjaan. Kali ini keinginan si anak jadi kenyataan. Mereka menggunakan kereta sebagai moda transportasinya. Secara tidak terduga di tengah perjalanan nampak kejadian an...
Review Film | “Don’t Breathe (2016)” Memperbarui Horor Milenial
#Film, #Home, Rating 8

Review Film | “Don’t Breathe (2016)” Memperbarui Horor Milenial

Don’t Breathe patut dipuji karena berhasil menciptakan rasa mencekam yang sangat dekat dengan penonton. Penonton dibuat tidak yakin apakah tiga karakter yang diperkenalkan lebih dulu bakal bisa benar-benar terbebas dari jerat, sampai di menit penghabisan. Horor itu terus mengintai penonton sejak durasi bergulir, membuat bertanya-tanya karena semakin—dan sangat—buramnya batasan baik-buruk. Film ini berkisah tentang sekelompok anak muda yang memiliki kebiasaan merampok rumah kosong. Selama ini, mereka seringkali tidak mengalami kesulitan dalam mengeksekusi aksinya. Terlebih karena mereka sangat rapi dalam melakukan tindakan pra-aksi. Mereka selalu melakukan pengamatan selama sekian waktu, bahkan mereka juga paham tindakan awal apa saja yang mesti dilakukan supaya perampokan mereka tidak ...
Review Film | “Louder than Bombs (2016)” Hanya Butuh Bicara
#Film, #Home, Rating 8

Review Film | “Louder than Bombs (2016)” Hanya Butuh Bicara

Louder than Bombs layak memperoleh apresiasi karena berani memilih cara pengisahan yang kurang populer. Pengisahannya paradoks--yang jelas tidak hanya berwujud letupan, tapi sampai ledakan. Apalagi di film ini, lingkupnya adalah keluarga, di mana letupan maupun ledakan bisa sama-sama mencapai titik kulminasi. Film ini berkisah tentang sebuah keluarga yang tiap anggotanya memiliki perseden masing-masing. Kondisi mereka semakin mengkhawatirkan pasca sang ibu-istri meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Tapi, terlepas dari penyebab meninggalnya, si ibu-istri ini pun berprofesi sebagai seorang fotografer yang berani beda. Kalau kamu menyukai film yang susunannya serupa puzzle dengan rentang timeline cukup panjang, Louder than Bombs bisa mengatasi dahaga. Melalui konflik yang berkis...