Friday, January 31

#Film

Review Film Indonesia | “Ngenest (2015)” Penerimaan Rasial
#Film, #Home, Rating 9.5

Review Film Indonesia | “Ngenest (2015)” Penerimaan Rasial

Faktanya, film dengan tema sensitif hanya akan berhasil kalau dibuat langsung oleh orang dalam. Artinya, proses panjang yang dilalui haruslah disupervisi langsung oleh entah itu pelaku atau korbannya. Dan Ngenest mampu tampil seepik ini karena tangan Ernest berada langsung di belakang kemudi. Isu rasial bisa dimaklumi bahkan ditertawakan bersama sejak awal hingga pamungkas durasi. Inti pertama: tagline Ngenest tidak bohong.   Film Ngenest diadaptasi dari novel trilogi Ngenest karya Ernest Prakasa. Pengisahan yang ada di dalamnya terinspirasi langsung oleh pengalaman hidupnya sebagai keturunan Cina. Cina mungkin tidak akan mendapat posisi sulit apabila berlatar Malaysia atau Singapura. Sayangnya di Indonesia, etnis Cina berada di posisi yang serba salah. Cuci otak orang Indo...
Review Film | “Spotlight (2015)” Ketika Media Bongkar Pemufakatan Jahat
#Film, #Home, Rating 10

Review Film | “Spotlight (2015)” Ketika Media Bongkar Pemufakatan Jahat

Dengan bentuk kejahatan yang sama namun konteks yang berbeda—kasus paedofil dan kekerasan seksual—Spotlight sungguh relevan untuk menampar Indonesia. Ini adalah film yang penting, sangat penting. Ketika masih banyak permasalahan krusial—tidak hanya kekerasan seksual--yang menyangkut keselamatan dan keamanan masyarakat justru ditutup-tutupi. Usaha “pemufakatan jahat” itu pada banyak hal justru berimbas pada semakin mengerikannya masa depan sekian banyak generasi dunia. Ancamannya lebih serius: traumatis. Latar Spotlight adalah 2001. Editor Marty Baron dari The Boston Globe memberikan tugas kepada tim jurnalis investigasi yang bernama Spotlight untuk melakukan investigasi terhadap John Geoghan. Geoghan yang seorang pendeta diduga telah melakukan pelecehan seksual terhadap 80 anak laki-la...
Review Film | “Minions (2015)” Menonton, Tertawa, Lalu Pulang
#Film, #Home, Rating 7

Review Film | “Minions (2015)” Menonton, Tertawa, Lalu Pulang

Setelah sukses dengan sekuel Despicable Me dan rentetan film pendeknya, Pierre Coffin mencoba mengambil kesempatan lagi untuk merajai tangga box office. Minions yang digarap berdasarkan tokoh minion dalam Despicable Me, dibentuk sedemikian rupa menjadi tokoh utama dalam film prekuel ini. Beruntung minion menjadi favorit banyak penonton hingga muncul sebagai tokoh dalam garapan storyline baru. Tak ayal bila Pierre mampu dengan mantap menggandeng Sandra Bullock (Scarlet Overkill) yang digadang-gadang sebagai tokoh penting dalam film ini. Tak diragukan lagi mengapa minion selalu dielu-elukan sebagai makhluk yang imut, bukti kelucuannya sama sekali tidak berkurang dari yang lalu-lalu. Penonton mampu dihipnotis untuk mengikuti alur yang meliuk dengan humor yang tidak receh. Tidak pasaran,...
Review Film | “Mad Max: Fury Road (2015)” Harapan adalah Kesalahan
#Film, #Home, Rating 10

Review Film | “Mad Max: Fury Road (2015)” Harapan adalah Kesalahan

Harapan adalah sebuah kesalahan. Ya, menjadi kesalahan sebab apabila di kemudian hari kita tidak bisa memperbaikinya, hanya akan membuat gila. Mad Max: Fury Road adalah pemenang yang bahkan muncul terlalu cepat. Warner Bros memilih tengah tahun sebagai waktu yang dikira tepat untuk merilisnya. Dan keputusan itu justru merupakan nilai plus tersendiri, yang menjadikan para penikmat film pun lebih cepat dalam menghilangkan rasa dahaga. Premisnya sederhana: post-apocalypse, pemberontakan, pencarian harapan baru atas kerusakan, perebutan kekuasaan. Akan tetapi, kesederhanaan itu telah berhasil dibungkus dengan elegan sejak sequence awal. Fury Road memang gersang di mana-mana. Namun secara kuantitas dan kualitas film ini memiliki terlalu banyak oasis. Yang karena saking banyaknya, penont...
Review Film | “Still Alice (2014)” Alzheimer Hancurkan Harapan
#Film, #Home, Rating 9

Review Film | “Still Alice (2014)” Alzheimer Hancurkan Harapan

"Happily married with three grown children, Alice is a renowned linguistics professor who starts to forget words. When she receives a diagnosis of Early-Onset Alzheimer’s Disease, Alice and her family find their bonds thoroughly tested. Her struggle to stay connected to who she once was is frightening, heartbreaking, and inspiring." Saya membuka review ini dengan kalimat: Still Alice benar-benar mengingatkan pada Blue Jasmine. Satu lagi film yang hadir dan mampu menghipnotis para penontonnya lewat perubahan ekspresi emosi cast utama. Tahun lalu Cate Blanchett memberikan penampilan luar biasa ketika menampilkan karakter Jasmine yang sangat blue. Kini, Julianne Moore memberikan penampilan serupa. Alice pada awalnya adalah seorang istri dan ibu dari tiga anak di keluarga yang bahagia. S...
Review Film Indonesia | “? (Tanda Tanya)” Ketika Kerukunan antar-Umat Dipertanyakan
#Film, #Home, Rating 8

Review Film Indonesia | “? (Tanda Tanya)” Ketika Kerukunan antar-Umat Dipertanyakan

Judul: ? (Tanda Tanya) | Genre: Drama | Durasi: 106 menit | Sutradara: Hanung Bramantyo | Penulis Skenario: Titien Wattimena | Pemeran: Reza Rahadian, Revalina S Temat, Agus Kuncoro, Endhita, Rio Dewanto, Hengky Solaiman, Edmay Solaiman, Glenn Fredly, M. Ibrahim, David Chalik, Deddy Soetomo | Rilis: 7 April 2011 | Bahasa: Indonesia, Jawa “Manusia tidak hidup sendirian di dunia ini. Tapi di jalan setapaknya masing-masing tiap manusia berjalan sendirian. Berjalan, berlari, dan sesekali berhenti. Semua jalan setapak itu berbeda-beda namun menuju ke arah yang sama, mencari suatu hal yang sama, dengan satu tujuan yang sama. Hingga semakin dekat ke tujuan, manusia semakin menyadari bahwa di sepanjang jalan setapak yang sudah dilewati Ia tak kan pernah benar-benar sendiri. Manusia selalu bersama...