Friday, April 19

Rating 9

Review Film Indonesia | “Love for Sale (2018)” Ternyata Cinta Ada di Luar Zona Nyaman
#Film, #Home, Rating 9

Review Film Indonesia | “Love for Sale (2018)” Ternyata Cinta Ada di Luar Zona Nyaman

Love for Sale bercerita tentang Richard, seorang laki-laki pemilik sebuah percetakan tua. ‘Sendirian’ dan pemarah. Kesehariannya itu-itu saja: bangun tidur sambil garuk-garuk badan, memberi makan Kelun--kura-kura kesayangannya--lalu mengontrol kerja karyawan seharian, kemudian malamnya ketiduran saat menonton TV. Terkadang Ia menghabiskan malam dengan teman-temannya, nonton bola di suatu kafe. Rutinitas yang terasa sepi--sangat terasa sepi bahkan meski saya hanya duduk sebagai penonton--ini terusik ketika Ia ditantang teman-temannya untuk membawa pasangan ke resepsi pernikahan. Yang lainnya taruhan pakai uang, khusus untuk Richard disuruh bayar pakai harga diri. Begitulah jalan ceritanya sampai Ia menemukan Love Inc. dan tinggal bersama Arini selama 45 hari. Ide cerita film ini asy...
Review Film Indonesia | “Posesif (2017)” Menyitir Lingkaran Setan
#Film, #Home, Rating 9

Review Film Indonesia | “Posesif (2017)” Menyitir Lingkaran Setan

Domestic abuse bukanlah topik baru di kajian sosial maupun gelanggang sinema global. Meski begitu, penyadaran atas “kesalahan” perlakuan kasar ini sukar dilakukan, utamanya di Indonesia. Entah selama ini masyarakat kita menjadikannya sebagai suatu kenormalan, ataukah memang hal tersebut masih terkungkung di ranah tabu. Film Posesif menyadarkan kita akan hal ini. Alih-alih membidik generasi tua yang kiranya bakal sia-sia kalau “dikasih tahu”, muda-mudilah yang akhirnya dibidik. Mumpung belum telat, mumpung belum kolot. Film terbaru arahan Edwin ini berputar di kehidupan dua orang yang saling bermadu kasih: Lala dan Yudhis. Dinamika relasi keduanya layaknya penjajal roller-coaster: dimulai dengan hangat ruam-ruam kuku, lalu mendaki layaknya pompaan hormon pertumbuhan masing-masing, hilang ...
Review Film Indonesia | “Pengabdi Setan (2017)” Akselerasi
#Film, #Home, Rating 9

Review Film Indonesia | “Pengabdi Setan (2017)” Akselerasi

Tidak hanya berhasil membuat standar film horor buatan Indonesia naik kelas, bahkan akselerasi; remake Pengabdi Setan garapan Joko Anwar sukses menjadi sajian yang koheren dan dan tidak repetitif. Narasi film ini berkutat pada periode singkat: pra-ibu meregang nyawa hingga seketika pasca kepergiannya. Ibu yang mantan penyanyi kondang terpuruk di atas ranjang tidurnya: tidak lagi punya materi--royalti pun sudah kandas--dan tubuhnya dihabisi "penyakit" misterius. Selang sebentar, Ibu sudah tidak mampu menopang derita, dia tiada tapi tidak sirna. Keluarga yang ditinggalkannya terjebak dalam pusaran teror supranatural. Mereka harus merana dampak perjudian si Ibu dengan sekte pemuja iblis. Selayang pandang, dalam kamus saya, ada dua genre film yang susah lepas dari penilaian super-subjekt...
Review Film | “Baby Driver (2017)” Dengarkan Filmnya
#Film, #Home, Rating 9

Review Film | “Baby Driver (2017)” Dengarkan Filmnya

Dengar. Pelan-pelan kita paham. Baby Driver adalah tentang tempo dalam adegan, kawin dengan musik yang kompak berdentam. Film terbaru dari salah satu sutradara paling visioner yang dimiliki Hollywood, Edgar Wright, ini mengkombinasikan gaya (style) dengan film bergenre heist. Di sini penonton berkenalan dengan Baby, seorang anak muda yang menjadi supir bagi komplotan perampok yang bekerja secara sistematis. Berulang-kali dia berusaha pensiun, dia selalu termakan bujuk rayu boss-nya untuk kembali beraksi. Memperoleh kepercayaan sedemikian besar (dibuktikan dengan adanya kontrak yang kontinu), pastilah Baby bukan bocah sembarangan. Satu hal yang pasti: misinya tidak pernah jadi semakin mudah. Secara muatan emosional dan asyiknya aksi, Baby Driver mengingatkan saya pada Drive. Dan laya...
Review Film | “Gifted (2017)” Hidup Sebagai Manusia yang Utuh
#Film, #Home, Rating 9

Review Film | “Gifted (2017)” Hidup Sebagai Manusia yang Utuh

Setiap anak layak memperoleh haknya sebagai manusia seutuhnya. Manusia yang boleh punya pilihan, manusia yang bebas dari tekanan, bahkan manusia yang boleh mempertanyakan perspektif segala hal. Siapa pun itu. Gifted mengingatkan kita semua tentang masalah substansial ini dengan begitu hangat. Film ini berkisah tentang Mary, seorang bocah jenius yang tinggal bersama pamannya—Frank, wali resmi pasca ibunya meninggal. Frank berusaha semampunya supaya Mary hidup layaknya manusia normal lain. Meski begitu, Frank selalu suportif pada rasa keingintahuan keponakannya. Di hari pertama sekolah, kecerdasan Mary membuat gurunya gelagapan. Beberapa waktu kemudian, pihak sekolah merekomendasikan Mary supaya pindah ke sekolah khusus untuk anak jenius. Frank menolak mentah-mentah sebab tidak ingin Mar...
Review Film | “Spider-Man: Homecoming (2017)” Vibran dan Segar
#Film, #Home, Rating 9

Review Film | “Spider-Man: Homecoming (2017)” Vibran dan Segar

Spider-Man: Homecoming adalah vibrasi masa muda. So young and so dumb. Dan ketika saya bilang "so dumb", ini tidak mengarah ke pemaknaan negatif--nyatanya Peter adalah bocah jenius. Asosiasinya lebih ke berbagai perilaku naif (campuran hasrat idealis dan kepolosan) pun ceroboh dari si manusia laba-laba yang sukses mengundang gelak tawa ketika disaksikan. Selama ini ketika menyaksikan sajian audio-visual bernarasi superhero, yang sering terepresentasikan barulah sosok yang "agak tua" dan "tua". Di Homecoming, akhirnya kita punya karakter bocah berusia 15 tahun yang bertitel pahlawan super dan mampu membawa spirit optimisme young-adult ke audiens umum. Film Spider-Man kali ini bukanlah origins story (cerita awal mula). Melainkan, kisahnya berfokus pada sosok Peter Parker pasca mengenal...
Review Film | “Beauty and the Beast (2017)” Magical nan Dewasa
#Film, #Home, Rating 9

Review Film | “Beauty and the Beast (2017)” Magical nan Dewasa

Live-action Disney tidak bisa dianggap cuma sebagai formalitas mengikuti trend, apalagi cuma disebut sebagai filler. Itu adalah penghinaan. Karya teranyarnya, live-action Beauty and the Beast sangat menampakkan kesungguhan studio berlogo kastil ini untuk memboyong realitas magical ke dunia nyata. Disney mampu merebut hati saya dengan begitu fasih. Film ini berkisah tentang seorang pangeran congkak yang dikutuk menjadi makhluk buruk rupa dan seorang gadis cantik (Belle) yang dianggap aneh di desanya karena terliterasi. Cerita berjalan progresif ketika ayah dari Belle terjebak hujan badai dan ada petir yang menumbangkan pohon besar sehingga menutupi rute pulang. Dia berinisiatif memasuki jalan baru yang terbuka--yang sebelumnya tertutupi pohon yang kemudian tumbang. Ternyata, dia justru ...
Review Film | “Fences (2016)” Teater di Layar Lebar
#Film, #Home, Rating 9

Review Film | “Fences (2016)” Teater di Layar Lebar

Keajaiban Fences terletak di dua aspek utama: naskah dan pemeranan. Denzel Washington dan Viola Davis adalah keajaiban sebab mereka bisa mengeksekusi dialog/monolog yang panjangnya begitu tidak manusiawi secara sangat lancar dan lebur. Inilah panggung teater ketika ditranslasikan ke layar lebar. Film ini berkisah tentang pasangan suami-istri Maxson berseting di rutinitas keluarga kulit hitam di lingkungan kulit hitam yang tidak pernah luput dari salah dan nestapa selama 18 tahun pernikahan. Ya, sinopsis Fences versi saya cukup sesingkat ini. Fences begitu apa adanya. Bahkan ketika film ini baru mulai, ketika kita disambut oleh suara mesin kendaraan yang ternyata adalah truk pengangkut sampah dan di situ ada karakter Troy yang dibawakan oleh Denzel, kesan apa adanya sudah saya ras...
Review Film | “Lion (2016)” Menjadi Jujur dan Tangguh
#Film, #Home, Rating 9

Review Film | “Lion (2016)” Menjadi Jujur dan Tangguh

Ada kondisi-kondisi tertentu yang bisa membuat manusia berada di posisi tidak tentu arah. Tersesat, misalnya. Akan muncul banyak ketidakpastian nasib di situ. Lion yang semula berkutat di perkara lost and found pada akhirnya bisa berbicara lebih dari itu. Dengan kemasan yang jauh dari predikat kompleks, film ini justru menampilkan besarnya hati yang dimiliki, cukup besar untuk membuat energinya stabil terpompa ke rongga-rongga dada para penonton. Kisah dengan cakupan periode waktu sedemikian panjang ini berkutat pada Saroo, dimulai tahun 1986. Dia adalah seorang bocah berusia lima tahun yang berasal dari salah satu daerah miskin dan terpencil di India. Kondisi ekonomi mengharuskannya sadar diri untuk turut bekerja keras membantu keluarganya. Bersama sang kakak, dia terkadang harus menc...