Thursday, January 30

Rating 8

Review Film Indonesia | “Ayat-Ayat Cinta 2 (2017)” Kerapian dalam Bertutur
#Film, #Home, Rating 8

Review Film Indonesia | “Ayat-Ayat Cinta 2 (2017)” Kerapian dalam Bertutur

[Spoiler Alert] Ayat-Ayat Cinta 2 masih mengangkat seputar Islam di masa kini dan hubungan romansa personal. Bercerita tentang Fahri yang mencintai tetapi kehilangan Aisha. Beserta kebaikan-kebaikan pada sesama yang Ia lakukan untuk mengalihkan pikirannya dari kesedihan. Manis, baik, lemah lembut, dan ramah, membuat banyak wanita jatuh cinta padanya. Dia masih Fahri yang sama dengan Fahri pada Ayat-Ayat Cinta (2008), hanya saja hatinya sudah dimiliki Aisha. Saya cukup takjub dengan cara penuturan cerita film ini. Tantangannya jelas pada penggunaan berbagai bahasa, setting waktu yang melompat-lompat, dan banyaknya tokoh di luar tokoh utama. Namun semuanya masuk dengan rapi dan baik. Tidak terasa ganjil, tidak menimbulkan keinginan untuk membuka hp dan menguap (karena bosan). Padah...
Review Film Indonesia | “My Generation (2017)” Pendar Retro-Neon
#Film, #Home, Rating 8

Review Film Indonesia | “My Generation (2017)” Pendar Retro-Neon

Kekhawatiran. Pengakuan. Kebebasan. Hal paling menantang di dunia: berusaha kontinu menangkap era ketika kita sudah bukan lagi pemain utamanya. Siapa pun terdampak oleh hal tersebut asalkan memenuhi syarat utama: beda generasi. Perbedaan itu pula yang membuat banyak orang lupa konteks ketika seenaknya mengomentari kebiasaan anak muda yang berbeda dengan eranya. My Generation garapan Upi membaca celah itu di konteks kekinian secara presisi. Rentang waktu yang diambil oleh My Generation adalah ketika libur sekolah. Empat siswa sekolah yang kebetulan se-genk: Zeke, Konji, Suki, Orly; dihukum batal liburan karena membuat video online yang kontennya mengkritisi sekolah dan keluarga mereka. Merasa keadaan tidak adil, mereka menjalani sisa liburan dengan caranya sendiri. Namanya juga liburan,...
Review Film Indonesia | “Filosofi Kopi 2: Ben & Jody (2017)” Berusaha Menggoda Penonton
#Film, #Home, Rating 8

Review Film Indonesia | “Filosofi Kopi 2: Ben & Jody (2017)” Berusaha Menggoda Penonton

Seperti ulasan singkat dari warganet di Twitter, film Filosofi Kopi 2 adalah film yang menyenangkan, dekat, dan ringan. Menyenangkan karena, seperti film yang disutradarai Angga Dwimas Sasongko lainnya, film Filosofi Kopi 2 disajikan dengan gambar-gambar yang sedap. Cantik dan memenuhi standar ‘kekinian’ yang ada dalam benak banyak orang. Saya cukup yakin orang-orang mampu menikmati pemandangan sedap dari setiap detailnya. Mulai dari pencahayaan, perabot, warna, tata busana, dan bahkan tata rambut! Oh My God, saya suka banget dengan gaya rambut Tarra dan Brie. Di satu sisi, saya gemas setengah mati ingin mengeramasi Ben, padahal dia memang sudah bergaya seperti itu sejak Filkop 1. Dekat ini adalah gambaran konflik dalam Filosofi Kopi 2. Rupa konfliknya beda tipis dengan hari-hari ya...
Review Film Indonesia | “Critical Eleven (2017)” Dari Mata yang Tidak Membaca Novelnya
#Film, #Home, Rating 8

Review Film Indonesia | “Critical Eleven (2017)” Dari Mata yang Tidak Membaca Novelnya

Critical Eleven (2017) di Ngepop tersedia dalam dua review terpisah: dari sudut pandang yang sudah membaca novelnya dan dari sudut pandang yang belum membaca novelnya. Tulisan ini adalah versi bukan pembaca novelnya. Critical Eleven menceritakan tentang pernikahan Ale (Reza Rahadian) dan Anya (Adinia Wirasti) yang dipertemukan semesta di pesawat. Kemudian secara aneh mereka menemukan kecocokan saat bersama-sama. Kejadian berikutnya, mereka: berpacaran, menikah, lalu memutuskan tinggal di New York, Amerika Serikat. Keduanya menuruti konsekuensi pekerjaan Ale yang bekerja di rig di benua itu. Selanjutnya, seperti yang ada di trailer: bayi Aidan di dalam kandungan Anya meninggal, lalu Ale dan Anya berhenti berkomunikasi. Sepertinya efek berhenti berkomunikasi inilah yang menjadi benang...
Review Film | “Guardians of the Galaxy Vol. 2 (2017)” Beban Prekuel Terlalu Berat
#Film, #Home, Rating 8

Review Film | “Guardians of the Galaxy Vol. 2 (2017)” Beban Prekuel Terlalu Berat

Sekuel Guardians of the Galaxy memikul ekspektasi penonton yang tidak bisa dibilang ringan. Apalagi installment pertamanya memang banyak disebut sebagai salah satu film terbaik MCU. Tidak hanya karena kisahnya yang segar, Vol. 1 menjadi pembuktian bahwa Marvel memang ulung dalam hal menerjemahkan kisah dengan protagonis model keroyokan ke layar lebar. Pada Vol. 2, meski tetap menjadi sajian yang menghibur, tetapi penyajiannya tergolong kewalahan. Kali ini penonton diajak untuk mengikuti perjalanan Star-Lord dan geng Guardians of the Galaxy setelah menyandang gelar baru sebagai pahlawan. Mereka banyak menerima pekerjaan lepas untuk membasmi potensi kekacauan lintas galaksi. Reputasi mereka mendadak di ujung tanduk setelah Rocket (yang tidak mau disebut sebagai rakun) ketahuan mencuri be...
Review Film Indonesia | “Galih dan Ratna (2017)” Menyenangkan Meski Kontradiktif
#Film, #Home, Rating 8

Review Film Indonesia | “Galih dan Ratna (2017)” Menyenangkan Meski Kontradiktif

Apalah film percintaan remaja tanpa adanya perjumpaan semanis kembang gula. Lucky Kuswandi melalui hasil interpretasi modern atas Gita Cinta dari SMA berjuluk Galih & Ratna berhasil menyajikannya. Meski begitu, pergulatan batin film ini justru terletak pada kontradiksi relasi internal-eksternal narasinya. Film ini berkecimpung di kehidupan satu laki-laki bernama Galih dan seorang perempuan yang biasa dipanggil Ratna. Keduanya bertemu di SMA. Yang cukup menjadi pembeda, justru sorotan dinamika perjalanan mereka bergerak di luar sekolah. Sebabnya, keluarga Galih memiliki sebuah toko kaset tua yang oleh ibunya berusaha dijual, sedangkan Galih mati-matian mempertahankannya. Mencoba menangkap tren “hipster” era sekarang, pertemuan Galih dengan Ratna seolah melahirkan kembali popularitas...
Review Film Indonesia | “Dear Nathan (2017)” Chemistry yang Hidup
#Film, #Home, Rating 8

Review Film Indonesia | “Dear Nathan (2017)” Chemistry yang Hidup

Siapa bilang sinema Indonesia pemainnya itu-itu saja? Di film-film tipe khusus (biopik, franchise besar, dan sekelasnya) memang nama-nama yang muncul cuma serasa bongkar pasang. Namun, kalau mau lebih bijak, coba tengok film-film coming of age yang diproduksi. Di sinilah ceruk regenerasi tumbuh dan berkembang; dan agaknya di genre inilah penemuan talenta baru berbakat berada di jalur yang benar. Dear Nathan semakin meneguhkan hal itu. Pembukanya memperlihatkan Salma yang telat masuk sekolah--dan pagarnya telah dikunci--karena dia berjiwa mulia dengan menolong seorang bapak yang tuna netra menyeberang jalan terlebih dahulu. Dia telat tidak sendirian, tiba-tiba muncul Nathan, cowok SMA yang hobi ngajak ribut dan berkelahi. Waktu itu, ternyata pelipis Nathan terluka. Salma refleks mem...
Review Film Indonesia | “Cek Toko Sebelah (2016)” Menjamu Kemapanan
#Film, #Home, Rating 8

Review Film Indonesia | “Cek Toko Sebelah (2016)” Menjamu Kemapanan

Sementera Ernest semakin layak digelari "pencipta" karakter sidekick yang handal--sejak dari Ngenest lewat Patrick (Morgan) dan sekarang Yohan (Dion)--fokus Cek Toko Sebelah justru terdistorsi oleh obsesi subplot keroyokannya. Kali ini penonton diajak untuk mengikuti sepotong perjalanan Erwin dan kakaknya, Yohan. Mereka berdua adalah anak dari Koh Afuk, pemilik toko kelontong keturunan Cina. Karena si ayah semakin sering sakit-sakitan, toko ingin diwariskan ke salah satu anaknya. Erwin-lah yang ditunjuk, sedangkan dia sedang memiliki karier kantoran yang cemerlang. Yohan yang bekerja sebagai seorang fotografer tidak bisa berbuat banyak--padahal dia ingin mewarisi usaha keluarganya itu--dia semakin merasa kerdil di mata keluarga sejak sang ibu meninggal. Selanjutnya, keputusan dengan berba...
Review Film Indonesia | “The Professional (2016)” Untung Tidak Bebal Logika
#Film, #Home, Rating 8

Review Film Indonesia | “The Professional (2016)” Untung Tidak Bebal Logika

Film model heist itu formulatik. Tidak berarti gampang dibikin, malahan potensi cacat logikanya lebih riskan. Substansi The Professional tampil menyenangkan dan mengesankan, terlepas dari keterbatasan-keterbatasan teknikalnya. Film garapan Affandi Abdul Rachman ini berkisah tentang Abi yang mesti mendekam di penjara karena diseting oleh Reza, pesaing bisnisnya. Sekian waktu berselang, dia akhirnya keluar dari jeruji besi dan berencana melakukan balas dendam dengan cara merampok aset milik Reza. Motifnya sederhana, bukan melulu tentang materi, tetapi supaya Reza merasakan derita. Perjalanan tidak mudah, sebab keduanya sama-sama lihai bermain strategi. Sebagai sebuah sajian aksi-laga, film garapan MNC ini berada di jalur yang tepat. Dia berfase cepat dan perhatian atas detailnya cuku...