Thursday, March 13

Tag: #Review Film

Review Film | “Les Misérables (2012)” Cahaya Temaram dalam Kegelapan
#Film, #Home, Rating 8.5

Review Film | “Les Misérables (2012)” Cahaya Temaram dalam Kegelapan

Les Miserables berseting pada awal abad 19 di Perancis. Menceritakan kehidupan Jean Valjean (Hugh Jackman), seorang laki-laki yang telah menyelesaikan masa tahanan–perbudakan–dan menjalani masa bebas bersyarat. Kisah dimulai saat Ia diberi surat identitas penanda sebagai orang yang berbahaya, kemudian bertemu dengan pastur yang justru memanusiakannya, dan mulai hidup sebagai orang baik–dan terpandang. Meskipun tokoh utamanya adalah Jean Valjean, film ini tidak hanya berputar pada kehidupannya. Les Miserables juga bercerita tentang orang-orang yang rela melakukan apa pun demi memperjuangkan orang lain. Rantai kebaikan yang perlu pengorbanan ini, digambarkan seperti cahaya dari sebatang lilin dalam ruang gelap. Menyinari dengan sebisanya, tetapi pada akhirnya mati juga. Lalu ketika ...
Review Film Indonesia | “Ayat-Ayat Cinta 2 (2017)” Kerapian dalam Bertutur
#Film, #Home, Rating 8

Review Film Indonesia | “Ayat-Ayat Cinta 2 (2017)” Kerapian dalam Bertutur

[Spoiler Alert] Ayat-Ayat Cinta 2 masih mengangkat seputar Islam di masa kini dan hubungan romansa personal. Bercerita tentang Fahri yang mencintai tetapi kehilangan Aisha. Beserta kebaikan-kebaikan pada sesama yang Ia lakukan untuk mengalihkan pikirannya dari kesedihan. Manis, baik, lemah lembut, dan ramah, membuat banyak wanita jatuh cinta padanya. Dia masih Fahri yang sama dengan Fahri pada Ayat-Ayat Cinta (2008), hanya saja hatinya sudah dimiliki Aisha. Saya cukup takjub dengan cara penuturan cerita film ini. Tantangannya jelas pada penggunaan berbagai bahasa, setting waktu yang melompat-lompat, dan banyaknya tokoh di luar tokoh utama. Namun semuanya masuk dengan rapi dan baik. Tidak terasa ganjil, tidak menimbulkan keinginan untuk membuka hp dan menguap (karena bosan). Padah...
Review Film Indonesia | “Susah Sinyal (2017)” Bom Tawa Itu Tidak Meledak Hebat
#Film, #Home, Rating 7

Review Film Indonesia | “Susah Sinyal (2017)” Bom Tawa Itu Tidak Meledak Hebat

Setelah Ngenest (2015) dan Cek Toko Sebelah (2017) membekas di ingatan, saya menunggu-nunggu film Ernest Prakasa yang selanjutnya. Apalagi setelah trailer awal Susah Sinyal muncul. * Susah Sinyal (2017) bercerita tentang dinamika hubungan seorang single-mother dan anaknya. Pekerjaan Ibu yang menyibukkan, anak yang tumbuh remaja, dan kepedihan karena kematian anggota keluarga adalah inti ceritanya. Secara personal, saya menyukai ide tentang penggunaan sudut pandang manusiawi untuk melihat sosok Ibu. Khususnya tentang Ibu yang berusaha memahami dan mendekati kehidupan anaknya dengan beradaptasi pada perbedaan zaman dan menyeimbangkan dengan dunianya sendiri. Mom, you have to watch this movie and start to love your daughters/sons the way they want your love. Sayangnya, inti cerita te...
Review Film Dokumenter | “Angka Jadi Suara (2017)” Wanita-Wanita yang Bergerak
#Film, #Home

Review Film Dokumenter | “Angka Jadi Suara (2017)” Wanita-Wanita yang Bergerak

Angka Jadi Suara merupakan film dokumenter berdurasi 22 menit. Film ini bercerita tentang advokasi yang dilakukan oleh sekelompok pekerja wanita untuk korban pelecehan seksual di KBN (Kawasan Berikat Nusantara) di Cakung. Bukan secara khusus membela satu-dua wanita, tetapi juga mencegah terjadinya pelecehan seksual yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu. Bertepatan dengan Festival Film Dokumenter 2017, film ini pertama kali diputar di Yogyakarta. Film ini fokus tentang angka korban dan tindakan yang dilakukan serikat pekerja wanita untuk menghentikan pelecehan seksual di wilayah kerja. Saya tidak menyangka bahwa masih banyak wanita yang belum teredukasi tentang bentuk-bentuk pelecehan seksual. Mulai dari yang ditujukan secara iseng seperti siulan, kata-kata yang dimaksudkan untuk mengg...
Review Film Indonesia | “The Seen and Unseen (2017)” Kesedihan dan Trauma Anak-Anak
#Film, #Home

Review Film Indonesia | “The Seen and Unseen (2017)” Kesedihan dan Trauma Anak-Anak

Pada film The Seen and Unseen, anak-anak menjadi sosok utama untuk membedakan mana yang terlihat (the seen) dan mana yang tak terlihat (the unseen) di kehidupan manusia. Anak-anak tinggal di dalam dua dunia: dunia dengan dominasi logika yang ditinggali bersama orang dewasa; serta dunia berisi kenyataan milik mereka yang sering sulit dipahami oleh tetua. Penggambaran ini dibangun lewat mitos kebudayaan lokal serta simbol-simbol kekuatan alam di Bali. Film besutan Kamila Andini ini berpusat pada sosok Tantri (Ni Kadek Thaly Titi Kasih), seorang gadis cilik yang memiliki saudara laki-laki bernama Tantra (Ida Bagus Putu Radithya Mahijasena). Mereka berdua adalah kembar buncing yang merupakan istilah Bali untuk kembar dengan jenis kelamin berbeda. Kuatnya ikatan emosional di antara mereka b...
Review Film Indonesia | “Naura dan Genk Juara (2017)” Boleh Juga
#Film, #Home, Rating 6

Review Film Indonesia | “Naura dan Genk Juara (2017)” Boleh Juga

Spoiler Alert untuk review Naura dan Genk Juara ini! Naura dan Genk Juara bercerita tentang petualangan Naura, Okky, Bimo, dan Kipli di sebuah perkemahan. Sebagai sebuah film musikal anak, film ini berbekal lagu-lagu enerjik (sudah bisa diakses di Spotify bahkan seminggu sebelum filmnya tayang) dan koreografi yang asik. Dari trailer film, diceritakan bahwa Naura, Okky, dan Bimo berangkat ke kompetisi sains regional di Kemah Kreatif sebagai perwakilan SD Angkasa. Tiga orang yang tidak terlalu akur ini berkenalan dengan Kipli, anak kecil yang tinggal dan bekerja sebagai pemelihara satwa di Kemah Kreatif. Lalu Naura, Bimo, dan Kipli bekerjasama menghadapi komplotan pencuri satwa liar yang menculik Okky. Jadi bagus banget nih? Untuk anak dan orang tua, iya. Film Naura dan Genk Juara ...
Review Film Indonesia | “Hujan Bulan Juni (2017)” Hampir Seperti FTV Hlo, Mas
#Film, #Home, Rating 7

Review Film Indonesia | “Hujan Bulan Juni (2017)” Hampir Seperti FTV Hlo, Mas

Film Hujan Bulan Juni diangkat dari novel berjudul sama yang saya belum baca. Jadi ulasan berikut akan murni sebagai ulasan film. Film ini menceritakan tentang perjalanan mempertahankan hubungan asmara antara Pingkan Dondokambey (Velove Vexia) dan Sarwono (Adipati Dolken). Puitis? Oh tentu saja. Ibarat DNA yang bawaan dari Ayah Ibu, karakter puitis dalam film ini adalah bawaan dari novel. Lebih dari karakter, kekuatan utama Hujan Bulan Juni justru ada pada puisinya. Kekuatan lain dari film ini ada pada latar belakang tokoh utama. Mereka memiliki latar belakang pekerjaan yang berbeda seperti cerita kebanyakan. Pingkan adalah pengajar di jurusan Sastra Jepang, sementara Sarwono adalah staff peneliti jurusan Antropologi. Ekosistem tempat menjalin kasih terasa dekat dengan penonton: kam...
Review Film Indonesia | “My Generation (2017)” Pendar Retro-Neon
#Film, #Home, Rating 8

Review Film Indonesia | “My Generation (2017)” Pendar Retro-Neon

Kekhawatiran. Pengakuan. Kebebasan. Hal paling menantang di dunia: berusaha kontinu menangkap era ketika kita sudah bukan lagi pemain utamanya. Siapa pun terdampak oleh hal tersebut asalkan memenuhi syarat utama: beda generasi. Perbedaan itu pula yang membuat banyak orang lupa konteks ketika seenaknya mengomentari kebiasaan anak muda yang berbeda dengan eranya. My Generation garapan Upi membaca celah itu di konteks kekinian secara presisi. Rentang waktu yang diambil oleh My Generation adalah ketika libur sekolah. Empat siswa sekolah yang kebetulan se-genk: Zeke, Konji, Suki, Orly; dihukum batal liburan karena membuat video online yang kontennya mengkritisi sekolah dan keluarga mereka. Merasa keadaan tidak adil, mereka menjalani sisa liburan dengan caranya sendiri. Namanya juga liburan,...
Review Film Indonesia | “Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)” Perjalanan Sekali Tebas
#Film, #Home, Rating 8.5

Review Film Indonesia | “Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)” Perjalanan Sekali Tebas

Perempuan, janda, kriminal. Dalam objektifikasi posisi kuasa patriarkal, Marlina secara mudah masuk ke golongan triple minority. Bermula dari kesadaran ini, Mouly Surya tidak mau tunduk semudah itu. Dia menggulingkan berbagai anggapan konvensional dengan hanya bersenjatakan seni "kepepet". Kisah Marlina diperlakukan sebagai rangkaian empat babak. Semuanya dimulai ketika kelompok Markus (tujuh orang) berusaha merampok sisa harta keluarga Marlina setelah suaminya meninggal. “Semua” yang dimaksud termasuk si Marlina. Kondisi sedemikian mengancam membuat Marlina putar otak: bagaimana caranya meloloskan diri. Dia akhirnya berhasil meracun empat di antaranya, memenggal si gembong, dan dua sisanya batal mati karena ditugasi membawa ternak rampasan pergi. Perjalanan belum berakhir, justru baru...